Sejenak aku melamun,
bingung apa yang harus aku lakukan. Entah dunia yang besar ini seakan sangat
kecil di pikiranku ini. Di ruangan berbentuk persegi panjang berukuran 2x3
meter ini otakku serasa berhenti di jalan buntu. Seakan otakku ini sedang
melaju di jalanan dimana sedang terjadi kemacetan panjang mencapai 10km yang
dipenuhi dengan truk-truk besar bermuatan pasir di kiri, kanan, depan dan
belakangku. Truk-truk itu juga semakin menampakkan kedigdayaannya ketika pasir
yang dimuat berhamburan keluar tertiup angin tersapu seakan memberikan stempel yang
indah di kaca depan mobilku. “Oh tuhan, ujian macam apa ini ? Untuk maju susah,
bahkan mundur pun adalah hal mustahil”. Ditambah dengan kepulan asap kendaraan
yang menjadikan diri ini semakin ingin sekali mengatakan apa yang tidak harus
dikatakan. Ingin sekali aku berteriak sekencang-kencangnya dengan nada tinggi
“jargon khas Surabaya” itu.
Namun pandanganku sekilas
berhenti di samping kanan depan mobil ini, tampak sebuah truk bermuatan ayam siap
potong sedang tak henti-hentinya membunyikan klakson. Mungkin si pengemudi truk
bermuatan ayam tersebut marah karena mobil di depannya menghalangi jalannya
untuk putar balik. Bagaimana tidak, mobil biru kecil itu seenaknya menyerobot
hingga sebagian bodi belakangnya menutupi jalan truk tersebut. Tersirat di
pikiranku, “kalo macet gini, kasian si sopirnya bakal kena marah bosnya, gimana
enggak marah kalo ayam yang dibawa mati di jalan, gak cuma kena marah aja si
sopir pasti gak dapet gaji juga tuh, aku yang gak ada tanggungan gini aja udah
ngeluh mati-matian ke Tuhan,itu yang lebih berat ujiannya masih bisa
ngadepinnya”. Entah kebetulan atau nggak, pemutar musik di mobil pun berubah
dari sebelumnya lagu dari Dream Theater
menjadi lagu dari Ustadz yang memiliki banyak cerita seru dalam hidupnya yaitu
Ustadz Jefri atau lebih dikenal dengan Uje melalui lagunya yang berjudul
“Bidadari Surga”.
Sontak mendengar lagu
itu, memoriku teringatkan ceramah dari Ustadz Yusuf Mansur, salah satu orang
yang menginspirasi banyak orang melalui cara berpikirnya bahwa seorang ulama
harus berdakwah melalui hal yang kongkret, tidak hanya berceramah melalu lisan,
tulisan seperti progam yang dicanangkan oleh beliau yaitu Tahfidz (hafalan
Qur’an) dan sedekah hingga program ini sudah diakui oleh dunia. Beliau berkata
bahwa do’a yang paling sulit dalam hidup ini sangat sederhana namun sering
dilupakan oleh banyak orang. Beliau berkata bahwa hanya orang-orang terpilihlah
yang bisa mengucapkan do’a ini, siapapun orangnya entah itu ulama, dosen, guru,
professor atau bahkan presiden pun sulit mengucapkan do’a ini dalam situasi
apapun.
Tiba-tiba kurasakan
sebuah getaran yang mengguncang tubuhku, badanku serasa bergerak ke kiri dan
kanan. “Tapi kenapa Cuma badanku yang bergerak ?kaki dan kepalaku kenapa tetap
terdiam ?ada apa dengan badanku ini, apakah ini gempa tapi kok ?” ujarku dengan
penuh tanda tanya. Sontak setelah itu kudengar suara “Mas, ndang tangi wayah e
sholat ashar, wes jam 4 iki (mas, cepat bangun, sudah jam 4 ini)” ternyata itu
suara adekku yang membangunkanku. Dengan tergesa-gesa aku langsung berkata
“Alhamdulillah”, inilah do’a yang paling sulit diucapkan. Bahagianya aku
ternyata semua itu hanya mimpi, dan hal penting lainnya yaitu Alhamdulillah
masih dibangunkan untuk sholat oleh perantara adek.
by : Anzdi Setya Pambudi