Di sebuah
malam kelam, di pinggir kota metropolitan yang penuh dengan keramaian, terdapat
sebuah gang kecil terletak di belakang sebuah pusat hiburan tengah malam yang
penuh dengan hiburan sesaat. Banyak sekali orang berbondong-bondong memasukinya
dengan antusiasme tinggi. Bahkan lebih anehnya lagi ketika anak ingusan yang
dengan rasa penasaran tingginya juga menjejali tempat yang katanya sebagai
surga dunia.
Di sudut
lain, mungkin hanya lelaki paruh baya yang telah menghabiskan hidup berpuluh
tahun di sudut gang ini dengan prinsip kuatnya untuk memlih jalan lurus. Dengan
celana lusuhnya dan kaos oblong bertuliskan logo partai disertai foto *mantan
calon kepala daerah* yang sering ia pakailah yang menemani setiap waktu
berharganya. Dengan santainya ia duduk di kursi depan rumahnya.
Dia terus
bersabar untuk menuntut apapun yang bertentangan dengan prinsip hidupnya.
Walaupun di dinding teras rumahnya selalu tertempel dengan jelas tulisan *Cepat
Jual Rumahmu*. Ia terus kokoh dalam menghadapi segala cobaan yang menerpa
hidupnya. Pernah suatu ketika, rumahnya dilempari batu oleh orang yang tidak
dikenal, kaca jendela dan segala pot-pot yang terletak di luar rumahnya pecah
dan berserakan di tanah.
Usai
membersihkan segala pecahan kaca jendela dan pot-pot yang berserakan tersebut,
ia mendapat sebuah surat misterius dengan tanpa nama pengirim yang jelas. Surat
ini bertuliskan, cepat pindah dari rumahmu atau bahaya selalu mengintaimu,
bahkan nyawamu bisa terancam.
Dengan penuh
amarah, surat tersebut langsung ia bakar di depan rumahnya dengan seraya
berkata “Aku tidak akan pindah ataupun menjual rumah ini, mana janjimu kepala
daerah yang terhormat, dulu kau bilang tidak akan membiarkan kebusukan ini dan
membongkarnya,tapi sekarang apa ???”
oleh : Anzdi Setya Pambudi