Kecintaan mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora terhadap kesenian
dibuktikan dengan dilaksanakannya Festival Music Patrol Se-Jawa Timur dalam
rangka menyambut Dies Natalis Fakultas Adab dan Humaniora.Menurut salah satu juri yang juga
ahli dalam bidangnya yaitu, Bintang Firmansyah.“Musik Patrol
yang juga dikenal dengan musik Tongklek di lain daerah ini merupakan music khas berawal dari kentongan untuk membangunkan warga ketika sedang tidur, seiring berjalannya waktu banyak kreativitas untuk memadukan antara seni musik tradisional dan modern. Seperti halnya dipadukan dengan hadrah yang diiringi rebana dan juga
perpaduan menarik lainnya, ujarnya.”
![]() |
dok Qimah/as |
Minggu,
26 November 2017, di depan gedung C2 Fakultas Adab dan Humaniora telah
dilaksanakan festival musik patrol se-Jawa Timur. Acara yang melombakan penampilan
menarik, kompak serta keunikan setiap peserta ini, berlangsung lancar selama
sekitar 3 jam lebih. Festival ini sempat mengalami beberapa kendala dalam
pelaksanaannya seperti kemoloran waktu
pelaksanaan.
![]() |
dok Qimah/as |
Para peserta dari berbagai daerah se-Jawa Timur khususnya daerah
Surabaya dan Sidoarjo merapat ke UINSA untuk mengikuti
festival ini. Tidak tanggung-tanggung panitia memberikan berbagai hadiah
termasuk uang tunai jutaan rupiah kepada para pemenang. Hal tersebut disambut
antusias oleh setiap peserta.
![]() |
dok Qimah/as |
Selain tergiur dengan hadiah yang ditawarkan, salah satu tujuan
peserta mengikuti acara ini, karena ingin melestarikan musik patrol itu
sendiri. Sebagaimana yang dituturkan salah satu peserta, mas Ajis, “saya mengikuti
acara ini untuk melestarikan seni musik patrol Sidoarjo”. Hal ini sesuai dengan
harapan panitia pelaksana ketika memilih musik patrol sebagai ajang perlombaan.
“kita sebagai fakultas budaya, kita pengen mencari apa yang belum pernah ada di
UINSA, terus juga masih berbau-bau budaya juga, kan musik patrol ada unsur
budaya Jawanya juga”, tutur kak Dewi sebagai ketua panitia.
Acara ini diikuti sekitar 30 grup yang mendaftar sebagai peserta,
namun hanya 12 grup yang ikut berkompetisi. Berbagai alasan dikemukan grup-grup
yang tidak ikut berkompetisi, diantaranya karena kurang persiapan, lokasi
pelaksanaan terlalu jauh dan sebagainya. Hal tersebut tidak menyurutkan
semangat panitia serta peserta yang lain untuk ikut memeriahkan acara ini.
![]() |
dok Qimah/as |
Acara yang seharusnya dimulai pukul 08.00 wib baru dimulai pukul
09.45 wib. Mur Bandung merupakan grup dengan nomor urut pertama yang membuka acara tersebut dengan sangat
apik di depan para juri dan penonton. Kekesalan para peserta dan penonton yang
telah menunggu sebab kemoloran waktu, dapat terbayarkan dengan penampilan
setiap peserta yang memukau.
Demi kelancaran festival ini, panitia menetapkan beberapa
persyaratan untuk calon peserta serta dengan dipungut biaya pendaftaran sebesar
150 ribu. Ketentuan-ketentuan tersebut tidak memberatkan peserta sama sekali.
Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya peserta yang mendaftar yaitu sekitar
30 grup.
![]() |
dok Qimah/as |
Melalui acara ini, para peserta mengaku dapat menyalurkan bakat,
melestarikan serta memperkenalkan seni
musik patrol atau musik tongklek di Indonesia. Panitia berharap melalui acara
seperti ini bakat para peserta yang tergabung dalam komunitas-komunitas musik
patrol dapat terwadahi sehingga tetap bisa terlestarikan.
Setelah melewati persaingan yang cukup ketat antar satu peserta
dengan peserta lain, predikat juara pertama berhasil diraih grup Kenongo Sari.
Hadiah utama para juara akan diberikan pada malam puncak acara dies natalis
fakultas Adab dan Humaniora tanggal 12 Desember 2017 di Spot Center UINSA
Surabaya. Pemberian hadiah akan dihadiri oleh Bapak Drs. H. Saifullah Yusuf
(Wakil Gubernur Jawa Timur) dan Ibu Ir. Tri Rismaharini. M.T. (Wali Kota
Surabaya). (fin/w)