SURABAYA – Selasa (22/5) beberapa mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) yang tergabung dalam aliansi ORGINT (Organisasi Internal) UINSA menyuarakan penolakan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang akan terjadi di tahun ajaran baru. Bila dilihat dalam data sebaran UKT UINSA, nominal yang dipatok di tahun 2018 melonjak drastis dari tahun – tahun sebelumnya. Untuk perbandingan saja, tahun 2015, Fakultas Adab dan Humaniora tertinggi mencapai Rp 1.960.000 / semester, sedangkan di tahun 2018 mencapai Rp 6.280.000 / semester. Aksi ini mempunyai permasalahan inti yaitu karena keresahan mahasiswa pada UKT yang tiba – tiba naik.
Aksi dengan penggalangan seribu tanda tangan dilakukan dengan tertib dari titik point Sport Center menuju fakultas – fakultas di dalam kampus. Aksi ini juga bertepatan dengan hari dimana calon mahasiswa UIN sedang melaksanakan tes ujian masuk, sehingga mereka juga turut memberikan dukungan dengan memberikan tanda tangan mereka di banner untuk menolak kenaikan UKT.
Kenaikan UKT yang seharusnya transparan belum juga ada kejelasan yang signifikan untuk apa UKT dinaikkan. “Kalau UKT naik terus ngga ada transparansi kan kita juga bingung kan? Dan kalau ngga ada transparansi kita juga ngawang – ngawang dong? Untuk masalah fasilitasnya akan seperti apa, dan juga apa yang akan kita dapatkan.” Jelas Farid selaku kordinator lapangan aksi.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa ketidaksetaraan fasilitas UKM dari fakultas lain yang sudah ada base camp dengan fakultasnya sendiri yang masih belum ada base camp. “Nah ini juga menjadi pertanyaan kita (ketidak setaraan fasilitas UKM), UKT kita mau dibawa kemana lagi?” tambah Farid.
Untuk hari itu, aksi memfokuskan galang seribu tanda tangan kepada mahasiswa UINSA, calon mahasiswa UIN, dan wali mahasiswa yang ada di kampus. Sedangkan untuk aksi selanjutkan akan dilanjutkan hari kamis dalam audiensi bersama Wakil Rektor II.
“Harapan saya agar (birokrasi kampus) lebih transparan lagi, tidak seperti kemarin lah menentukan sepihak. Ya semoga aksi ini berjalan lancar, barokah e romadon.” Ujar Farid. (ta)