Aksi Mahasiswa Baru Kritisi UKT

0
Simulasi demo memang sudah menjadi salah satu agenda rutin yang dilaksanakan selama PBAK. Hal ini dilakukan untuk melatih keberanian mahasiswa dalam berorasi dan mengeluarkan pendapat. Namun ada yang berbeda tahun ini. Jika biasanya simulasi demo akan diarahkan dan dipimpin langsung oleh panitia PBAK, nyatanya tahun ini malah mahasiswa baru yang berinisiatif mengadakan demo.

Jumat, (31/08) para mahasiswa baru Fakultas Adab dan Humaniora telah berkumpul di depan gedung C1 sejak pukul 6.30 waktu setempat. Dengan membawa berbagai poster bertuliskan keluhan tentang UKT yang melonjak, mereka telah siap menyuarakan aspirasinya dalam demo kali ini.

Salah satu orator yang bersuara paling keras adalah Muhammad Alvin Saleh dari jurusan Sejarah Peradaban Islam. Dia mengaku jika demo ini dilakukan sebagai bentuk protes mahasiswa baru atas ketidakseimbangan  prasarana yang diperoleh mahasiswa dengan biaya UKT yang meroket baru - baru ini. Meskipun demo pagi ini melibatkan sebagian mahasiwa baru, nyatanya panitia tidak tau - menau soal demo ini.

"Orasinya dimulai jam 06.30 tadi pagi, tepatnya sebelum PBAK dimulai. Kegiatan ini hanya diikuti sebagian mahasiswa baru, karena banyak yang tidak tau soal demo ini. Sebetulnya demo ini adalah inisiatif saya dan beberapa teman dari jurusan SPI dan Sasindo. Meskipun demo ini terkesan dadakan dan tanpa koordinasi dengan mahasiswa baru lainnya, tapi ternyata hal ini mendapat respon positif dari teman - teman. Sehingga semua mahasiswa dari empat jurusan di Fakultas Adab dan Humaniora dapat bersatu dalam demo tadi pagi." Jelas Alvin saat ditanya tentang kronologi demo pagi itu.

Tidak menunggu waktu lama, demo ini pun langsung menjadi pusat perhatian. Mulai dari Dosen, Kaprodi serta Dekan datang untuk meredakan demo ini. Alvin bahkan sempat beradu pendapat dengan panitia PBAK. Ia dengan lantang menanyakan kepastian mengenai kenyamanan kelas yang akan ditempati mahasiwa selama masa perkuliahan. Apakah kelas tersebut akan kondusif, nyaman, sejuk dan lain - lain.

"Yang tau tentang kepastian itu hanya Allah. Kita tidak tau, mungkin nanti kita akan mati. Apa kalian semua diajari ilmu tauhid?" Pungkas Pak Khadafi selaku Kaprodi SPI saat menengahi perdebatan tersebut. Seketika itu semua mahasiswa terdiam.

Alvin juga banyak bercerita tentang alasan dibalik demo dadakannya pagi ini. Sehari sebelumnya Alvin dan beberapa temannya yang berasal dari prodi SPI dan Sasindo berbincang mengenai melambungnya biaya UKT UINSA.

Menurutnya melonjaknya biaya UKT hingga Rp. 6.000.000,- sangat tidak seimbang dengan sarana dan prasarana yang ia dapat saat ini. Tiga hari menjalani PBAK di UINSA dirasa cukup bagi mereka dalam menilai berbagai sarana dan prasarana yang ada di universitas ini. Beberapa fasilitas yang ia keluhkan diantaranya yaitu sempitnya ruangan, udara yang panas, serta kondisi kamar mandi. Dari sinilah timbul keinginan mereka untuk melakukan demo.

"Saya berharap kita sebagai mahasiswa baru 2018 mrndapatkan fasilitas yang sesuai dengan jumlah UKT yang kita bayar. Apalagi dengan UKT yang tinggi ini. Percuma kan kalau misalnya orang tua saya bayar UKT mahal tapi fasilitasnya tidak sesuai." Jelas Alvin saat ditanya tentang harapannya kedepan mengenai kesesuaian prasarana dan UKT.

Tak sampai disitu saja, ia juga menyinggung mengenai PBAK 2018 yang menurutnya garing dan full materi sehingga membuat banyak mahasiswa bosan. Dalam wawancara singkat dengan kami, Alvin juga menyebutkan jika ia akan melakukan demo lagi jika prasarana di UINSA tetap tidak sesuai dengan besarnya biaya UKT yang mahasiswa bayar. (ln/an/sy)
Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !