Pengenalan kehidupan kampus kepada mahasiswa baru merupakan rutinitas bagi setiap universitas. Hal ini bertujuan agar para mahasiswa dapat mengenal dan mencintai kampusnya sendiri. Tidak ada nama paten untuk acara ini. Namun di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya sempat mengalami beberapa perubahan nama, dari OSCAAR menjadi PKK-MB dan kini berganti lagi menjadi PBAK. Perubahan nama tersebut tidak begitu berpengaruh, karena sama-sama memiliki tujuan untuk memperkenalkan kampus kepada mahasiswa baru.
PBAK (Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan) berlangsung selama empat hari, terhitung sejak Selasa 28 Agustus hingga 31 Agustus. Pada hari pertama PBAK, acara dimulai dengan upacara pembukaan yang dibuka langsung oleh rektor baru Uinsa, yakni Prof. Masdar Hilmy, S.Ag., M.A., Ph.D di halaman gedung Twin Tower UINSA yang ditandai dengan peletusan balon oleh para mahasiswa baru dan dilanjutkan dengan penampilan dari UKM pencak silat, paduan suara, seni budaya dan resimen mahasiswa (MENWA).
Selanjutnya, sebagian mahasiswa baru diarahkan menuju ke gedung Sport Center dan sisanya diarahkan menuju gedung auditorium untuk diberikan materi pengenalan kampus. Sedangkan untuk hari kedua dan ketiga, PBAK sepenuhnya diserahkan kepada pihak fakultas masing-masing untuk diberikan pengarahan dan pengenalan terkait masalah program studi dan kehidupan fakultas.
Namun, setelah tiga hari kegiatan PBAK berjalan, timbul berbagai macam keluhan dari mahasiswa baru maupun dari panitia PBAK Fakultas Adab dan Humaniora. Pihak panitia PBAK diwakili oleh Umar Faruk, selaku Gubernur Fakultas Adab dan Humaniora mengeluhkan kurangnya keterlibatan mahasiswa pada PBAK tahun ini sehingga pantia keteran ketika menghadapi mahasiswa baru.
“Perbedaan mendasar antara PKK-MB dan PBAK adalah kurangnya keterlibatan mahasiswa dalam kepanitiaan. Panitia dari mahasiswa hanya berjumlah tujuh orang. Seluruh acara PBAK ditangani oleh pihak rektorat yang diwakilkan ke pihak dekanat dari masing-masing fakultas. Mahasiswa hanya mengikuti intruksi dari pimpinan. Untuk persiapan, bisa dikatakan tidak ada persiapan sama sekali karena kami hanya mengikuti intruksi dari pimpinan. Kami hanya ada kesempatan rapat kordinasi bersama elemen fakultas. Di rapat kordinasi itu mereka bilang akan turun ke lapangan. Tetapi di hari H hanya mahasiswa yang menangani, dan itu keteteran. Bahkan sampai kehausan, maba Adab paling diam waktu di Sport Center, tidak adanya absen di hari pertama dan banyak hal teknis lainnya yang memang tidak diperhatikan oleh pihak pimpinan.” Ujarnya dalam wawancara bersama kami. (30/8).
Pada kesempatan ini Umar Faruk berharap agar konsep PBAK harus lebih jelas dan keterlibatan mahasiswa juga harus lebih maksimal.“Kami harap semua harus jelas konsepannya dan keterlibatan mahasiswa harus lebih maksimal. Karena yang menjadi PR dan menjadi catatan besar hari ini PBAK berjalan datar-datar saja, bahkan banyak kekurangan teknis dan lain sebagainya.” Ujarnya.
Selain itu, dari pihak mahasiwa pun mengeluh bahwa PBAK membosankan karena pemberian materi yang dilakukan secara terus menerus. Selain itu, suasana ruangan yang panas juga membuat para mahasiswa baru merasa tidak nyaman. Menurut saya, PBAK ini tidak ada kesannya sama sekali. Kalau pulang kaki saya selalu sakit karena jam 07.00 sampai jam 16.00 duduk terus. Ruangannya juga panas. Terus juga waktu Closing Ceremony kemarin anak satu fakultas dipisah jadi tidak seru." Ujar Vany Dyah, mahasiswi baru prodi Sastra Inggris.
Namun, terlepas dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh panitia dan mahasiswa baru tersebut, proses pbak telah resmi ditutup sejak 31 Agustus kemarin tepatnya di gedung Sport Center. Diakhiri dengan pembacaan ikrar mahasiswa dan ikrar anti narkoba yang diikuti oleh seluruh peserta PBAK yang dilanjutkan dengan doa penutup. (sy/an/ln)
