![]() |
(Sumber gambar: id.pinterest.com/Sohaila Mohamed) |
Oleh: Nuzurul Rochmah
Beberapa bulan terakhir kembali mencuat kabar jika tentara Israel melakukan penyerangan terhadap penduduk sipil Palestina melalui serangan udara. Serangan tersebut menghancurkan ratusan rumah dan gedung-gedung tinggi. Sehingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan menewaskan ratusan penduduk. Serangan verbal hingga yang berujung pada kekerasan fisik pun kerap dilakukan oleh tentara Israel kepada para jamaah muslim di kawasan komplek Masjidil Aqsa dan beberapa daerah lainnya.
Deklarasi Balfour, bisa dikatakan sebagai salah satu penyebab utama dari berlangsungnya konflik antara Palestina dan Israel. Pada tahun 1917 untuk pertama kalinya Inggris menginjakkan kaki di Palestina setelah kemenangannya pada Perang Dunia I. Inggris dengan lantangnya menyiarkan Deklarasi Balfour yang menyatakan dukungan bagi terbentuknya pemukiman Yahudi di atas tanah Palestina. Selain itu, pada tahun 1948, secara sepihak zionis Yahudi mendeklarasikan berdirinya negara Israel dengan merebut 70% lebih wilayah di Palestina dan memaksa para penduduk untuk meninggalkan tempat kelahirannya. Israel pun tak segan menutup paksa seluruh kawasan Masjid Al-Aqsa untuk kaum muslimin.
Dua partai politik di Palestina banyak diperbincangkan oleh khalayak adalah Hamas dan Fatah. Sebab, diantara keduanya sering terjadi pertikaian. Hamas berpegang pada ideologi Islam, sementara Fatah berideologi nasionalis sekuler. Keduanya memiliki perbedaan pendapat mengenai tujuan-tujuan yang menyangkut bangsa Palestina. Konflik antar keduanya bermula pada pemilihan legislatif yang dimenangkan oleh Hamas pada tahun 2006, dimana Fatah telah lebih dulu mendominasi kursi parlementer selama 40 tahun.
Hamas mendapat banyak dukungan dari kaum muslimin, utamanya dari wilayah Gaza. Hamas menentang adanya keberadaan negara Israel dan kerap melawan serangan-serangan yang ditujukan pada Palestina. Oleh karena itu, Hamas dianggap sebagai organisasi teroris oleh negara-negara barat yang nampak jelas pro terhadap Yahudi. Fatah pun justru ikut menentang Hamas hingga pada tahun 2007 perang saudara antar keduanya tidak dapat dihindari. Baru pada tahun 2014 kedua organisasi itu dapat berdamai meski hal itu tidak terlepas dari kemungkinan adanya pertikaian antar masing-masing pendukungnya.
Hamas pun memang tak terlepas dari kesalahan, dimana para petingginya pernah mengucapkan bela sungkawa atas terbunuhnya jenderal Iran Qasim Sulaimany yang telah membantai ribuan kaum muslimin di Suriah. Hal tersebut jelas menuai kritik dan kecaman, bahkan banyak dari anggota dalam Hamas sendiri turut mengecam peristiwa tersebut. Terlepas dari peristiwa itu, tidak dipungkiri jika Hamas memiliki andil besar dalam membantu penduduk Palestina dalam melawan dan bertahan dari serangan yang dilakukan oleh Zionis Yahudi. Selain mengirim pejuang dari Mesir, Hamas pun juga aktif dalam memakmurkan kegiatan masjid dan kegiatan sosial lainnya.
Miris rasanya, melihat masih ada saja di kalangan umat muslim yang tidak mengindahkan konflik yang terjadi di Palestina. Karena anggapan bahwa persoalan di negeri sendiri sudah runyam. Selain itu banyaknya propaganda-propaganda yang dilayangkan oleh pihak Yahudi di media massa yang dengan jelas menyudutkan umat muslim di Palestina dan menganggap Hamas sebagai teroris. Terlepas dari konflik internal yang terjadi dalam tubuh Palestina sendiri, sudah sepatutnya kita sebagai umat muslim turut berduka atas apa yang terjadi. Atas rasa kemanusiaan pun sudah selayaknya kita memberi dukungan moral. Terlebih jika mampu kita dapat menyalurkan bantuan moril kepada lembaga yang terpercaya. Hamas pun tidak diragukan lagi mengenai perjuangannya dalam melawan Zionis Israel. Maka berdoa dan berhusnudzon lebih baik daripada mencoba untuk mencari berbagai alasan ataupun kesalahan yang dapat merugikan sesama umat muslim.
Wallahu a’alam.