Tidak Ada Judul Pada Puisi Ini

0

Oleh: Ily

Sumber Ilustrasi: Pinterest


Sudah lama, kita tak saling menggantungkan diri.

Tetapi sekarang, namamu tetap kubiarkan di sini.

Setelah kubawa lebih jauh dari sebuah kenangan.

Aneh, bukan?

Dua tahun kepergianmu masih menyisakan ruang.

Sebab, perpisahan tak segera membuatmu kunjung hilang.

Sebanyak itu aku merindukanmu setiap hari.

Diantara sepi yang tak lagi bisa terisi.

 

Tengok aku, sebentar saja!

Di sinilah aku menangis tanpa suara!

Hanya ingatan pelukmu yang mampu berbahasa.

Pergimu mencuri separuhku.

Sementara tungguku adalah sia-sia yang pilu.

Entah, Bagaimana aku menyebutnya?

 

Mungkin, memang benar.

Aku adalah seseorang yang telah kehilangan peran.

Ketika tak ada cara lain untuk memperpanjang alur cerita.

Sebab menyukaimu membuatku lelah.

Setiap harinya berakhir dengan sebuah kesalahan.

Kadang kesenangan sering kali menyesakkan.

Menahanmu menjadi satu kesulitanku.

Lupakanku terlalu mudah untukmu.

 

Dan aku takut...

Dan aku kalut...

Lama aku tersadar, menahanmu adalah percuma.

Dan upayaku meluluhkanmu lebih dari sia-sia.

 

Maaf...

Pertama kalinya bagiku.

Meyakini kembalimu tak lagi jadi kemampuanku.

 

Selamat tinggal!

Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !