Sumber Gambar: Google |
Aku berjalan mempercepat langkah kakiku dari kos
menuju kampus agar tidak terlambat untuk sampai di kelas.Untungnya, aku belum
terlambat karena kelas pada hari itu belum dimulai. Hari ini adalah jadwal
kelompokku untuk presentasi,aku sudah begadang semalaman untuk memahami materi
secara teliti, namun aku tetap copy-pastedari e-book untuk PPT maupun
penjelasannya.
Beberapa menit setelah aku sampai, kelas dimulai dan
satu persatu dari anggota kelompok mempresentasikan bagiannya. Sambil menunggu
giliranku, aku merasa sangat gugup sekaligus kagum dengan penjelasan
teman-teman. Mereka dapat menjelaskan materi dengan sangan jelas dan mudah
dimengerti. Itu pertanda mereka sangat memahami materi tersebut. saat giliranku
mempresentasikan bagianku, ada satu mahasiswa yang bertanya namun aku tidak
bisa menjawab sehingga dosen mata kuliah tersebutlah yang menjawab dan
menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut.
Aku merenung, “mengapa aku susah untuk memahami materi
tersebut, sedangkan teman-teman terlihat sangat mudah untuk memahaminyabagianku
memang sulit dan bagian mereka gampangSudahlah, aku berusaha membuang pikiran
itu dan aku menuju masjid untuk setoran hafalan. Di perjalanan aku takut
sekaligus gugup karena aku belum ada persiapan apapun untuk hafalan yang
disetorkan hari ini. Sesampai di
masjid aku menunggu giliranku untuk menghadap ke Ustadzah. Aku
mengambil urutan terakhir agar aku bisa menghafal sedikit setidaknya dua atau
tiga ayat. Dan kini giliranku untuk menyetorkan hafalan tersebut.
“Kok
akhir-akhir ini hafalan kamu sedikit nduk? Hari ini saja cuma dua ayat”
tanya Ustadzahku.
“Enggeh
ustadzah, mohon maaf saya akhir-akhir ini agaksibuk
memahami tugas kuliah sehingga tidak sempat untuk menambah banyak dan
memperlancar hafalan.” Jawabku.
“Oh,
yowes nduk, lain kali kamu harus bisa mengatur waktu dengan baik, biar
kuliahnya dapat hafalannya juga dapat, toh kamu juga sudah terdaftar di UKM ini
berarti kamu harus bisa mempertanggung jawabkan tugas-tugas kamu yang di sini
juga.” Ujar ustadzah.
Aku
merenungkan sejenak ucapan ustadzahku sambil mengiyakan nasehat tersebut.
“Kenapan,nduk?
Ada masalah?.” Jawab ustadzah
mempersilahkanku untuk bertanya.
“Anu Ustadzah,
akhir-akhir ini saya jarang muroja’ah dan muroja’ah saya lebih merasa ziyadah
terus Ustadzah danjuga pikiransertawaktu juga saya terbagi untuk tugas kuliah
karena saya sulit memahami materi kuliah saya ustadzah.” Ucapku meluapkan isi
hati ku.
“Owalah,
aku paham nduk, memang orang menuntut ilmu ini jalannya terjal, gak
mulus dalam artian tidak sesuai keinginan atau ekspektasi kita, sebab duluUstadzah
juga begitu.” Ujar ustadzah.
“Tapi
Ustadzah, saya melihat teman-teman saya kok enjoy, healing ke sana
kemari kayak tanpa beban sama sekali ustadzah, sedangkan saya kok sepertinya
sangat berat.” Ujarku
“Ya
itu karena diri kamu, makanya kamu tahu beban-beban permasalahan kamu. Pernah
gak kamu menanyai mereka rintangan apa saja yang mereka hadapi sewaktu kuliah?”
ujar ustadzah smbil menanyaiku.
“Belum
pernah ustadzah.” Jawabku.
“Nah,
nduk yang kamu lihat itu kan luaran nya saja. Kita tidak tahu rintangan atau
beban apa saja yang mereka hadapi. Bisa saja mereka lebih berat dari kita.”
Ujar ustadzah menasehatiku.
“Nggeh ustadzah.” Ujarku mengiyakan nasehat ustadzah.
“Kamu
jarang tirakat mungkin nduk, hahaha.” cada ustadzah untuk mencairkan
suasana
“Kadang-kadang
saya puasa ustadzah.”
“Tuh,
kan kadang-kadang. Jadi gini nduk, selain tirakat, kamu harus sabar dan
ikhlas serta berusaha sebisa mungkin. Sabar atas apapun cobaan yang diberi
Allah untuk kita, karena hidup memang ada saja cobaannya itu tandanya Allah sayang
sama kita, apalagi seperti kamu ini yang menuntut ilmu dan juga kita harus
ikhlas, ikhlas dengan apapun ketentuan yang Allah berikan kepada kita.Seperti kamu,
Alfi yang diterima di prodi yang tidak diinginkan dan membuatmu susah untuk
memahami materi kuliahnya, jadi kamu harus ikhlas menerima itu jalani saja
siapa tau ini jalan yang terbaik untuk kamu. Di sisi lain kita juga harus
berusaha sebisa mungkin untuk menghadapi rintangan atau beban yang dihadapi di
tengah menjalani semua itu, seperti kamu harus berusaha mengatur waktu sebaik
mungkin agar tidak ada waktu yang terbuang sia-sia atau melewatkan muroja’ah
dan ziyadah yang menjadi tanggung jawab kamu dan untuk kuliahnya kalau
susah memahami materinya bisa bertanya atau diskusi bareng teman kamu atau bisa
tanya langsung ke dosen kamu juga. Oh, iya satu lagi yaitu doa, tiap selesai
sholat, akan belajar dan selesai jangan lupa berdoa.” Kata ustadzah
menasehatiku.
“Oh,nggeh
ustadzah, saya akan mencoba sabar, ikhlas, dan berusaha mengatur waktu seperti
yang dikatakan ustadzah.” Ujarku.
“Iya nduk, pokoknya tetap semangat dan juga hindari maksiat karenaal al-'ilmu nurun wa nurullah laa yuhda lil-'ashy yang artinya ilmu itu cahaya, dan cahanya itu masuk ke orang yang hatinya suci tidak dipenuhi dengan maksiat.”
“Nggeh
ustadzah, matur nuwun nasehatnya, saya mau pamit dulu.”
“Iya
hati-hati nduk.”
Aku beranjak dari tempat duduk lalu keluar dari masjid menuju pulang ke kos dan sholat dhuhur. Setelah itu aku menyempatkan untuk muroja’ah sedikit hafalanku, lalu mencoba mengatur waktu dan memulai kebiasaan baru agar tidak mager dan hidup tertata.
Penulis : Ainun
Editor : Istantya Ningrum