KELUARGA HIPOCRISY

0

 


Oleh: Lazwardi

Editor: Istantya

 

            sumber gambar: Pinterest

Gemuruh petir menyambut pagi hari. Riera terbangun dari tidur nyenyaknya dan bersiap-siap menjalani hari yang semestinya akan menjadi hari yang paling indah baginya. Karena hari ini, Riera sekeluarga hendak berlibur ke tempat wisata yang dia idam-idamkan sejak dulu, Taman Unicorn. Sebastian, kakak dari Riera lah yang merealisasikan ide tersebut. Oleh karena itu, dia sudah menunggu momen ini dari hari yang jauh.

            Sesampainya di lokasi, mereka pun segera memasuki taman tersebut. Sesuai dengan apa yang dia bayangkan sebelumnya, keindahan Taman Unicorn membuat Riera terpana. Dia pun berlarian kesana kemari sembari menunggu kakaknya menyiapkan tempat piknik. Disana, Riera secara tidak sengaja bertemu dengan laki-laki yang dia cintai. Mereka pun bermain berlari-lari mengelilingi taman tersebut dengan gembira.

 Namun, tidak lama kemudian terjadi bencana alam di taman tersebut. Gempa Bumi dengan skala besar meluluh lantahkan tempat itu. Keindahan taman Unicorn pun berubah bagaikan neraka yang berguncang. Hal tersebut membuat Riera sekeluarga panik. Naas, Riera terjatuh ke jurang sembari melihat keluarganya berlari-lari mencari tempat yang aman tanpa menghiraukan Riera, putri satu-satunya di keluarga mereka. Riera pun tergeletak di sana sendirian dan tidak sadarkan diri.

Ketika Riera terbangun di balik kegelapan jurang, dia disambut dengan banyaknya manusia yang sudah tidak bernyawa tergeletak di sekitarnya. Ia pun panik bukan kepalang. Dia lalu duduk di kelilingi oleh banyak mayat manusia, dia hanya bisa berdoa serta menangis hingga air matanya tidak bisa keluar lagi. Namun, ia mencoba berpikir jernih. Dia pun memberanikan diri mengelilingi jurang tersebut mencari jalan raya. “Lebih baik aku mati dengan berusaha ketimbang harus mati sia-sia.” Ucap Riera dengan menatap sekelilingnya dengan pandangan yang tajam dan penuh dengan tekanan, hal yang termasuk menjadi ciri khas keluarganya. 

Di tengah pencariannya dia bertemu dengan Vendetta, lelaki yang ia suka. Mereka pun berpelukan sembari bertanya tentang kondisi masing-masing. “Ah, aku gak apa-apa, kejadian ini emang menakutkan, tapi mau gimana lagi? Yang terjadi biarlah terjadi, tenang ya, Ra.“ Ucap Vendetta, sembari menenangkan Riera yang khawatir dengan keadaanya. Mereka pun mencari-cari jalan raya untuk meminta pertolongan. Setelah enam jam berkelling dengan perut yang belum terisi sama sekali, mereka pun menemukan jalan raya. Sambil menunggu ada kendaraan lewat, Vendetta berkata “Ra, hari ini akan selalu kukenang seumur hidup, hari penuh kenangan kita,aku sayang kamu Riera.” Riera pun membalas dengan pelukan sembari berbisik “me too, aku sayang kamu juga, kita akan bersama selalu.“ Vendetta hanya mampu tersenyum dan secara tiba-tiba ambruk. Seketika suasana senang berubah menjadi kelam kembali, Riera yang sudah mengerti arti kata-kata Vendetta pun kehabisan air mata dan hanya mampu merenungi dengan kesedihan yang mendalam.

Tak lama kemudian, datanglah mobil dari tim SAR yang melihat mereka dan akhirnya membawa mereka berdua ke RS Kota Levstar. Riera pun berusaha tetap tegar dengan apa yang ia alami, sambil melihat jasad vendetta ia berkata "hari sialan macam apa ini, mengapa ini harus terjadi padaku. Oh, takdir sialan! aku membencimu." Gumamannya membuat hatinya gelap gulita. Hari yang seharusnya indah dan dinanti-nantikan berubah menjadi hari yang penuh dengan kesuraman. Setelah dia cek kesehatan, ia pun pergi kembali ke rumahnya. 

 Hari berganti, akhirnya dia sampai ke rumah. Namun, hal mengejutkan terjadi. Ia menemukan tanda segel “DIJUAL.” Riera yang sedang terpuruk dan emosi yang sedang tidak stabil pun membobol masuk kedalam rumah. Dia mencari keluarganya, namun yang ia temukan hanya surat yang berjudul 'Surat Kematian Riera' yang di dalamnya terdapat lampiran asuransi serta beasiswa Riera yang cair, dengan bertanda tangan orang tuanya. “Ah, aku baru sehari ilang sekarang udah dianggep mati? Hah, orang tua, sialan!” Dengan emosi yang meledak-ledak, dia pun mencari keberadaan orang tuanya dengan niat membalas apa yang sudah dilakukan orangutanya. “Jika kalian nagnggep aku mati, maka kalian harus ikut bareng aku.” Gadis lemah lembut itu sudah tergantikan dengan gadis yang penuh dendam.

Setelah pencarian yang begitu menguras waktu, ia akhirnya menemukan lokasi kedua orangtuanya. Berlokasi di Desa San Messiah yang berjarak seratus delapanpuluh kilometer dari Kota Veldora, kota asal Riera. Tanpa berpikir lama, Riera mendatangi kediaman mereka. “Surprise Yah, Mah, aku bangkit dari kematian.” Ucap Riera dengan penuh dendam. “Ahahaha, masih hidup rupanya puji syukur.” Ujar sang ayah sembari memeluk tubuh putrinya. Namun, tiba-tiba, darah bercecer keluar dari perut ayahnya. Rupanya Riera, putri kandungnya sendiri menusuk dirinya dengan pisau dapur yang digenggam putrinya. “Jangan menyentuhku dasar munafik, mengapa kalian menganggap aku mati tanpa sekalipun mencari keberadaanku terlebih dahulu? Apa karena asuransiku lebih besar dan menjanjikan ketimbang putrimu sendiri? “Ucap Riera dengan tatapan sinis. “Dasar anak sialan! Hidupmu hanya menyusahkan kami, lebih baik kau mati, asuransimu lebih berguna. Kakakmu Sebastian lebih berguna, dia contoh anak yang berbakti, tidak sepertimu yang kerjaanya gak becus.“ Ucap Ibunya sambil menangis melihat suaminya menderita. Namun, Riera tidak menghiraukan dan memilih melanjutkan menusuk sang ayah hingga akhirnya tewas ditempat.

 “Sekarang giliranmu Bu, dengan segala hormat akan kuberikan kematian yang lebih halus ketimbang Ayah.” Ucap Riera dengan tatapan mata yang terbuka lebar dan tajam. Namun sang ibu melawan dan menusuk Riera. Setelah menusuk putrinya, ia melarikan diri. “AH… IBU SIALAN! DASAR IBLIS! AKAN KUCARI WALAU SAMPAI UJUNG SEMESTA!” Ujar Riera sambil menahan perih lukanya. Tanpa sempat mengobati lukanya, ia mengejar sang Ibu dan tibalah akhirnya mereka di Rumah kakak Riera, Sebastian yang merupakan seorang Polisi.

“Minggir kau kakak pendusta, aku tak punya urusan dengan orang sepertimu, menyingkir atau terpaksa harus kulenyapkan kau juga.” Ujar Riera tanpa senyum sedikitpun di wajahnya. Sebastian pun hanya diam dan memasang badan melindungi ibundanya. Melihat sikap kakaknya membuat Riera semakin kesal. Namun tiba-tiba kakaknya berlari kearah Riera dan menjatuhkan senjata yg riera genggam. Setelah itu, Sebastian memeluk adik tercintanya sembari berkata “adik ku tenang, apapun yang terjadi kakak selalu ada di sampingmu, dinginkan kepalamu, dik.” Riera pun menangis tersedu-sedu. Lalu ia peluk kakaknya dan berkata, “aku bersyukur masih mempunyaimu kak, aku berharap kita bertemu di kehidupan selanjutnya. “Suara dentuman shotgun menghancurkan perut kakaknya. Dan ia pun berlari ke arah ibunya yang sudah pasrah, “Dadah,” ucap Riera sambil menebas ibunya. Setelah itu dia lari ke rooftop rumah kakaknya. “Ah… lelahnya, mengapa hidupku hancur hanya sehari? Ayah, Ibu, kakak, mungkin kita bukanlah keluarga yang bahagia di kehidupan saat ini. Namun kuharap di kehidupan lain, kita bersama-sama lagi dan lebih baik dari kehidupan saat ini.” Dia berjalan ke tepi rooftop dan memandang kebawah sambil berkata “Sayang sekarang aku tepatin janjiku, aku akan nemenin kamu selamanya, sambut aku sayang.” Ia pun melompat dan tewas di tempat.

 

 

 

 

Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !