Oleh: Lazwardi
Editor: Istantya
sumber gambar: Pinterest
Gemuruh petir menyambut
pagi hari. Riera terbangun dari tidur nyenyaknya dan bersiap-siap menjalani
hari yang semestinya akan menjadi hari yang paling indah baginya. Karena hari
ini, Riera sekeluarga hendak berlibur ke tempat wisata yang dia idam-idamkan
sejak dulu, Taman Unicorn. Sebastian, kakak dari Riera lah yang merealisasikan
ide tersebut. Oleh karena itu, dia sudah menunggu momen ini dari hari yang jauh.
Sesampainya di lokasi, mereka pun segera memasuki taman
tersebut. Sesuai dengan apa yang dia bayangkan sebelumnya, keindahan Taman
Unicorn membuat Riera terpana. Dia pun berlarian kesana kemari sembari menunggu
kakaknya menyiapkan tempat piknik. Disana, Riera secara tidak sengaja bertemu
dengan laki-laki yang dia cintai. Mereka pun bermain berlari-lari mengelilingi
taman tersebut dengan gembira.
Namun, tidak lama kemudian terjadi bencana alam di taman tersebut. Gempa Bumi dengan skala besar meluluh lantahkan tempat itu. Keindahan taman Unicorn pun berubah bagaikan neraka yang berguncang. Hal tersebut membuat Riera sekeluarga panik. Naas, Riera terjatuh ke jurang sembari melihat keluarganya berlari-lari mencari tempat yang aman tanpa menghiraukan Riera, putri satu-satunya di keluarga mereka. Riera pun tergeletak di sana sendirian dan tidak sadarkan diri.
Ketika Riera terbangun di balik kegelapan jurang, dia disambut dengan banyaknya manusia yang sudah tidak bernyawa tergeletak di sekitarnya. Ia pun panik bukan kepalang. Dia lalu duduk di kelilingi oleh banyak mayat manusia, dia hanya bisa berdoa serta menangis hingga air matanya tidak bisa keluar lagi. Namun, ia mencoba berpikir jernih. Dia pun memberanikan diri mengelilingi jurang tersebut mencari jalan raya. “Lebih baik aku mati dengan berusaha ketimbang harus mati sia-sia.” Ucap Riera dengan menatap sekelilingnya dengan pandangan yang tajam dan penuh dengan tekanan, hal yang termasuk menjadi ciri khas keluarganya.
Di
tengah pencariannya dia bertemu dengan Vendetta, lelaki yang ia suka. Mereka pun
berpelukan sembari bertanya tentang kondisi masing-masing. “Ah, aku gak apa-apa,
kejadian ini emang menakutkan, tapi mau gimana lagi? Yang terjadi biarlah
terjadi, tenang ya, Ra.“ Ucap Vendetta, sembari menenangkan Riera yang khawatir
dengan keadaanya. Mereka pun mencari-cari jalan raya untuk meminta pertolongan.
Setelah enam jam berkelling dengan perut yang belum terisi sama sekali, mereka pun
menemukan jalan raya. Sambil menunggu ada kendaraan lewat, Vendetta berkata “Ra,
hari ini akan selalu kukenang seumur hidup, hari penuh kenangan kita,aku sayang
kamu Riera.” Riera pun membalas dengan pelukan sembari berbisik “me too, aku
sayang kamu juga, kita akan bersama selalu.“ Vendetta hanya mampu tersenyum dan
secara tiba-tiba ambruk. Seketika suasana senang berubah menjadi kelam kembali,
Riera yang sudah mengerti arti kata-kata Vendetta pun kehabisan air mata dan
hanya mampu merenungi dengan kesedihan yang mendalam.
Tak lama kemudian, datanglah mobil dari tim SAR yang melihat mereka dan akhirnya membawa mereka berdua ke RS Kota Levstar. Riera pun berusaha tetap tegar dengan apa yang ia alami, sambil melihat jasad vendetta ia berkata "hari sialan macam apa ini, mengapa ini harus terjadi padaku. Oh, takdir sialan! aku membencimu." Gumamannya membuat hatinya gelap gulita. Hari yang seharusnya indah dan dinanti-nantikan berubah menjadi hari yang penuh dengan kesuraman. Setelah dia cek kesehatan, ia pun pergi kembali ke rumahnya.
Hari berganti, akhirnya dia sampai ke rumah.
Namun, hal mengejutkan terjadi. Ia menemukan tanda segel “DIJUAL.” Riera yang
sedang terpuruk dan emosi yang sedang tidak stabil pun membobol masuk kedalam
rumah. Dia mencari keluarganya, namun yang ia temukan hanya surat yang berjudul 'Surat Kematian Riera' yang di dalamnya terdapat lampiran asuransi serta
beasiswa Riera yang cair, dengan bertanda tangan orang tuanya. “Ah, aku baru
sehari ilang sekarang udah dianggep mati? Hah, orang tua, sialan!” Dengan emosi
yang meledak-ledak, dia pun mencari keberadaan orang tuanya dengan niat
membalas apa yang sudah dilakukan orangutanya. “Jika kalian nagnggep aku mati,
maka kalian harus ikut bareng aku.” Gadis lemah lembut itu sudah tergantikan
dengan gadis yang penuh dendam.
Setelah pencarian yang
begitu menguras waktu, ia akhirnya menemukan lokasi kedua orangtuanya.
Berlokasi di Desa San Messiah yang berjarak seratus delapanpuluh kilometer dari Kota Veldora, kota asal
Riera. Tanpa berpikir lama, Riera mendatangi kediaman mereka. “Surprise Yah, Mah,
aku bangkit dari kematian.” Ucap Riera dengan penuh dendam. “Ahahaha, masih
hidup rupanya puji syukur.” Ujar sang ayah sembari memeluk tubuh putrinya.
Namun, tiba-tiba, darah bercecer keluar dari perut ayahnya. Rupanya Riera, putri
kandungnya sendiri menusuk dirinya dengan pisau dapur yang digenggam putrinya.
“Jangan menyentuhku dasar munafik, mengapa kalian menganggap aku mati tanpa
sekalipun mencari keberadaanku terlebih dahulu? Apa karena asuransiku lebih
besar dan menjanjikan ketimbang putrimu sendiri? “Ucap Riera dengan tatapan
sinis. “Dasar anak sialan! Hidupmu hanya menyusahkan kami, lebih baik kau mati,
asuransimu lebih berguna. Kakakmu Sebastian lebih berguna, dia contoh anak yang
berbakti, tidak sepertimu yang kerjaanya gak becus.“ Ucap Ibunya sambil
menangis melihat suaminya menderita. Namun, Riera tidak menghiraukan dan
memilih melanjutkan menusuk sang ayah hingga akhirnya tewas ditempat.
“Sekarang giliranmu Bu, dengan segala hormat akan kuberikan kematian yang lebih halus ketimbang Ayah.” Ucap Riera dengan tatapan mata yang terbuka lebar dan tajam. Namun sang ibu melawan dan menusuk Riera. Setelah menusuk putrinya, ia melarikan diri. “AH… IBU SIALAN! DASAR IBLIS! AKAN KUCARI WALAU SAMPAI UJUNG SEMESTA!” Ujar Riera sambil menahan perih lukanya. Tanpa sempat mengobati lukanya, ia mengejar sang Ibu dan tibalah akhirnya mereka di Rumah kakak Riera, Sebastian yang merupakan seorang Polisi.
“Minggir
kau kakak pendusta, aku tak punya urusan dengan orang sepertimu, menyingkir
atau terpaksa harus kulenyapkan kau juga.” Ujar Riera tanpa senyum sedikitpun
di wajahnya. Sebastian pun hanya diam dan memasang badan melindungi ibundanya.
Melihat sikap kakaknya membuat Riera semakin kesal. Namun tiba-tiba kakaknya
berlari kearah Riera dan menjatuhkan senjata yg riera genggam. Setelah itu, Sebastian
memeluk adik tercintanya sembari berkata “adik ku tenang, apapun yang terjadi
kakak selalu ada di sampingmu, dinginkan kepalamu, dik.” Riera pun menangis
tersedu-sedu. Lalu ia peluk kakaknya dan berkata, “aku bersyukur masih
mempunyaimu kak, aku berharap kita bertemu di kehidupan selanjutnya. “Suara
dentuman shotgun menghancurkan perut kakaknya. Dan ia pun berlari ke arah
ibunya yang sudah pasrah, “Dadah,” ucap Riera sambil menebas ibunya. Setelah
itu dia lari ke rooftop rumah kakaknya. “Ah… lelahnya, mengapa hidupku
hancur hanya sehari? Ayah, Ibu, kakak, mungkin kita bukanlah keluarga yang
bahagia di kehidupan saat ini. Namun kuharap di kehidupan lain, kita
bersama-sama lagi dan lebih baik dari kehidupan saat ini.” Dia berjalan ke tepi
rooftop dan memandang kebawah sambil berkata “Sayang sekarang aku
tepatin janjiku, aku akan nemenin kamu selamanya, sambut aku sayang.” Ia pun
melompat dan tewas di tempat.