Apakah Privilege Selamanya Menguntungkan?

0

 

(Sumber Gambar: twitter.com/cak_noel)


"Orang kaya memang suka begitu. Tengil. Kayak duit Bapaknya halal aja.” Kutipan kata Kasino dengan perannya sebagai Sanwani dalam Gengsi Dong sempat viral dengan meme fotonya beberapa waktu lalu setelah kasus yang menyangkut Mario Dandy, putra seorang pengusaha pajak yang sedang hangat diperbincangkan netizen. Pasalnya, masalah yang menyangkut Dandy tersebut membuat nama Ayahnya yang seorang pengusaha pajak ikut tercoreng hingga diadakan penyelidikan atas harta yang dimiliki–sering dijadikan ajang pamer oleh Dandy.

Melihat hal ini, sebenarnya Dandy yang seorang putra pengusaha pajak adalah orang yang berprivilege dengan kekayaan dan jabatan yang dimiliki orang tuanya. Sehingga bisa menjadikannya membeli barang-barang mahal termasuk sebagai ajang pamer harta. Menyikapi permasalahan ini, timbullah pertanyaan: Apakah privilege selamanya menguntungkan?

Privilege memiliki pengertian sebagai hak istimewa yang didapat seseorang yang bisa memberikan keuntungan pada si pemilik privilege. Dalam kamus Merriam-Webster “privilege” didefinisikan sebagai hak atau kekebalan yang diberikan sebagai keuntungan, manfaat, atau bantuan khusus. Makna lebih jauhnya mengarah pada hak atau kekebalan yang dimiliki dan melekat secara khusus pada suatu posisi atau jabatan.

Lantas, apakah privilege hanya berlaku dan dimiliki oleh orang-orang yang memiliki jabatan? Tentu saja tidak. Dalam kehidupan bermasyarakat, persepsi tentang siapa yang berhak atas hak istimewa mengacu pada banyak hal. Hak istimewa diperoleh seseorang jika ia dilahirkan dalam keluarga bangsawan, golongan elite, atau kemampuan finansial di atas rata-rata. 

Dalam bukunya, The Study of Man: An Introduction (1936) mendiang sosiolog Ralph Linton menyebutnya sebagai “assigned status”. Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang berjaya atas perjuangannya sendiri? Orang-orang yang sukses dan berjaya dikarenakan usaha sendiri juga masuk dalam kategori berprivilege, atau dalam istilah Linton “ascribed status”.

Keuntungan yang tidak bisa dipungkiri dari orang-orang ber-privilege adalah keuntungan dalam mendapatkan suatu hal tanpa harus banyak bersusah payah. Tak heran, banyak orang yang menganggap orang-orang berprivilege sejak lahir adalah orang orang yang beruntung dan dipandang biasa saja atau dimaklumi ketika mendapatkan suatu hal dengan mudah.

Contoh yang sangat mendominasi adalah privilege dalam dunia kerja. Orang-orang yang mempunyai privilege berupa orang-orang dalam atau orang yang lahir dengan nama keluarga yang besar dan bernasab bagus akan dengan mudah mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, pun dengan posisi yang nyaman. Namun, apakah selamanya privilege menguntungkan seperti ini? Tentu saja tidak. Bagi beberapa orang, privilege yang dimiliki juga menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.

Mungkin, beberapa orang melihat orang-orang yang berprivilege adalah orang-orang yang kehidupannya terjamin dengan masa depan cemerlang. Namun, pada kenyataan di lapangan, privilege yang dimiliki bisa menjadi boomerang tersendiri. Seperti banyaknya ekspektasi keluarga dan karyawan yang harus dipenuhi oleh seorang anak pengusaha yang meneruskan usaha orang tua, yang mengharuskan ia mau tak mau harus belajar mengelola perusahaan dan melanjutkannya sebagai generasi penerus dengan kinerja yang juga harus sama atau bahkan harus lebih baik di atas kinerja pendahulunya.

Beberapa orang menganggap privilege mereka yang seperti ini juga menjadi beban hidup tersendiri. Mungkin jika kita mau melihat lebih dalam lagi soal privilege, kita bisa men-survey teman-teman kuliah. Beberapa akan menjawab,

“Kuliah dengan prodi … adalah kemauan orang tua yang seorang … sehingga aku juga harus mengikuti jejaknya”,

“Aku kuliah di kampus ini karena orang tua dan kakak-kakakku lulusan kampus ini, jadi aku harus ngikut” dan alasan-alasan lainnya.

Sehingga menurut hemat penulis, privilege tidak selamanya menguntungkan, meskipun di belakang privilege ada banyak hak istimewa yang bisa didapatkan, dari penghormatan di strata sosial masyarakat, kesempatan berpendidikan lebih tinggi hingga kesempatan dalam dunia kerja. Namun, bukan berarti kita yang terlahir sebagai orang-orang yang biasa saja, tanpa embel-embel privilege tidak bisa mendapatkan hak yang sama. Bukannya hidup itu tentang perjuangan? Maka, berjuanglah dan ciptakan hak istimewamu sendiri.

 

Penulis: Intan Handita K

Editor: Nuzurul Rochmah

Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !