Banyak Disebut dalam Lagu Cintamu Sepahit Topi Miring, Siapakah Ranto Gudel?

0

 

Sumber gambar: Images.app.goo.gl/Youtube.com (Sanggar Cemara)


Ranto Gudel meminum arak bekonang
Mengantar gadis pulang berdandan bidan
Roknya putih bajunya putih
Serba putih lebih daripada peri

Tiba di pinggir kali
Ranto Gudel diajak belok ke kiri
Dhemit elek a*u tenan
Ngumpat Ranto Gudel geram
Ia marah terendam arak bekonang

Kutipan di atas adalah cuplikan lirik lagu Cintamu Sepahit Topi Miring dari JHF (Jogja Hip Hop Foundation). Lagu ini bisa dibilang tak lekang oleh zaman dan semakin digandrungi anak muda jaman sekarang, entah melalui platform media sosial seperti TikTok dan Instagram, juga melalui banyaknya konser yang diadakan oleh JHF yang dihadiri banyak anak muda sebagai penikmat lagunya.

Jogja Hip Hop Foundation (JHF) sendiri adalah sekumpulan rapper Jogja (2003-2013) yang didirikan oleh Marzuki Muhammad alias Kill the DJ pada 2003. JHF adalah komunitas yang mengakomodasi kru-kru Hip-hop di wilayah DIY yang berbahasa Jawa. Acara-acara yang diadakan didanai oleh penjualan album dan suvenir.

Salah satu lagu JHF yang kembali booming saat ini adalah Cintamu Sepahit Topi Miring yang selalu menyebutkan Ranto Gudel dalam lagunya. Seolah lagu ini bukanlah sembarang lagu, melainkan cerita dari si tokoh utama: Ranto Gudel. Siapakah sebenarnya Ranto Gudel dalam lagu ini?

Melansir dari akun TikTok @Kill the DJ, sang pendiri Jogja Hip Hop Foundation, Ranto Gudel adalah seorang seniman: aktor ketoprak dan komedian legendaris asal Solo, Surakarta, Jawa Tengah dengan nama lengkap Ranto Edi Gudel. Beliau adalah ayah kandung dari seniman Mamiek Srimulat dan Didi Kempot.

Lirik lagu Cintamu Sepahit Topi Miring sebenarnya adalah sebuah puisi yang ditulis oleh Romo Sindhunata: seorang penulis dan budayawan yang bertanah kelahiran Blitar. Puisi ini ditulis untuk mengenang dedikasi Ranto Gudel sebagai seniman dan sahabat. Puisi Cintamu Sepahit Topi Miring diterbitkan dalam buku Air Kata-kata (2003) karya Sindhunata. Liriknya pun menceritakan bagaimana dedikasi seorang Ranto Gudel dalam menjadi seniman.

Senja di desa Baron
Matahari tenggelam di dalam kemaron
Lembu betina lari melompat-lompat
Dikejar-kejar anaknya yang kecil meloncat
Senja lucu dengan kasih sayang ibu dan anak
Langit senja mengandung sapi beranak
Terpesona Ranto melihat
Ia tertawa bergelak
Dan berubah jadi Ranto Gudel

Sang pelawak Dadi Marmoyo
Di panggung ketoprak
Ranto Gudel meminum arak
Terendam di dalam ciu
Birahinya berubah jadi biru
Diajaknya Nyai Dasima bercinta
Dengan cinta sepahit topi miringnya
Layar dibuka turun hujan gembukan
Dewi Mlenuk gembuk datang

Lirik di atas menceritakan tentang keadaan di panggung ketoprak yang dibintangi Ranto Gudel dengan perannya sebagai Marmoyo. Lirik Diajaknya Nyai Dasima bercinta dengan cinta sepahit topi miringnya merujuk pada nama sebuah merek minuman keras pada jaman itu, yakni Topi Miring.

Membawa seguling roti cakwe
Marmoyo rebah terguling tidur
Di pangkuan Nyai Dasima
Yang sekeras ciu cangkol buah dadanya
Ke mana Ranto Gudel pergi
Panggung selalu harum dengan arak yang wangi

Di Sriwedari jadi petruk
Garengnya diajak mabuk
Bagongnya menggeloyor
Semar jualan ciu cangkol
Dengan terang lampu semprong

Pak Mloyo memukul kenong
Nong ji nong ro nong ji nong

Lirik Kemana Ranto Gudel pergi panggung selalu harum dengan arak yang wangi adalah sebuah bukti kepiawaian Ranto Gudel dalam peran seni di panggung Ketoprak. Sementara itu, lirik Di Sriwedari jadi petruk, Garengnya diajak mabuk, Bagongnya menggeloyor, Semar jualan ciu cangkol dengan terang lampu semprong, Pak Mloyo memukul kenong nong ji nong ro nong ji nong berusaha menjelaskan peran Ranto Gudel di Sriwedari.

Sriwedari adalah nama sebuah taman yang terletak di kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Sejak era Pakubuwana X, Taman Sriwedari menjadi tempat diselenggarakannya tradisi hiburan Malam Selikuran. Sriwedari juga pernah menjadi lokasi penyelenggaraan PON I pada tahun 1948. Saat ini kepemilikan Taman Sriwedari menjadi sengketa antara Pemerintah Kota Surakarta dengan ahli waris keluarga KRMH Wirjodiningrat. Lagu ini juga menyelipkan makna tentang kehidupan manusia yang berubah-ubah.

Memang enak jadi wedhus daripada manusia
Bila mati dikubur di gundukan tanah
Kepalanya dikencingi wedhus yang merumput
Nasib manusia hanya sengsara

Oh mengapa kita mesti bersusah
Coba hiduplah seperti Ki Joko Lelur
Siangnya melamun me-minum limun
Malam beranjak bangun minum berminum

Lapen ciu cangkol arak bekonang dituang
Botol cangkol dipasangnya setiap sudut rumah
Apa guna tuk takut tikus-tikus rupanya
Oh mengenang bayangan di masa tuanya
Ciu cangkol hanyalah spiritus tuk usir tikus
Padahal dulu ku meminumnya sampai mampus

Lirik ini menjelaskan tentang menghabiskan waktu dengan berfoya-foya dan bersenang-senang di masa muda tidak ada gunanya di masa tua. Semua hanya akan menjadi penyesalan yang akan datang. Sesuai lirik Lapen ciu cangkol arak bekonang dituang, Botol cangkol dipasangnya setiap sudut rumah, Apa guna tuk takut tikus-tikus rupanya, Oh mengenang bayangan di masa tuanya, Ciu cangkol hanyalah spiritus tuk usir tikus, Padahal dulu ku meminumnya sampai mampus yang menjelaskan penyesalan tiada tara di masa tua.


Penulis: Intan Handita K

Editor: Nuzurul Rochmah

Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !