[Resensi Film] Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

0

Sumber gambar: Pinterest


Identitas Film

Judul: Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

Sutradara: Sunil Soraya

Jenis: Drama Romantis

Durasi Film: 2 jam 43 menit

Tanggal Rilis: 19 Desember 2013

Pemeran: Herjunot Ali, Pevita Pearch, Reza Rahardian, Randy Nidji, Arzetti Bilbina, Kevin Andrean


Sinopsis

Tenggelamnya Kapal Van der Wijck adalah salah satu film drama romantis Indonesia yang cukup populer. Film ini diadaptasi dari sebuah novel karya Buya Hamka yang juga memiliki judul sama (Tenggelamnya Kapal Van der Wijck). Film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck disutradarai oleh Sunil Soraya dan diproduksi oleh Roya Suraya. Film yang berdurasi 163 menit ini resmi dirilis di Indonesia pada bulan Desember 2013.

Film ini menceritakan tentang seorang laki laki kelahiran Makassar bernama Zainudin (Herjunot Ali) yang menjadi yatim piatu sejak kecil. Suatu hari, Zainudin ingin mengunjungi tanah kelahiran ayahnya yang berada di Batipuh, Padang Panjang. Setelah sampai di Batipuh, Zainudin bertemu dan jatuh cinta pada Hayati (Pevita Pearch), gadis cantik yang menjadi bunga di persukuannya. Sayangnya, kisah cinta Zainudin dan Hayati terhalang oleh adat istiadat di Batipuh yang sangat kuat. Lamaran Zainudin pun ditolak oleh keluarga Hayati dan mereka menganggap Zainudin sebagai sosok yang melarat dan tidak bersuku.

Tak lama kemudian, Hayati dilamar oleh laki-laki keturunan bangsawan bernama Aziz (Reza Rahardian). Keluarga Hayati pun menerima lamaran tersebut dan keduanya menikah. Di sisi lain, Zainudin yang terpuruk lantaran sakit hati terus mencoba bangkit dan melanjutkan kehidupannya. Ia pun memutuskan merantau ke tanah Jawa untuk mencari pekerjaan. Setelah cukup lama merantau di Jawa, Zainudin berhasil menjadi pengusaha kaya raya. Sampai pada satu titik di mana Ia kembali bertemu dengan Hayati dan di situlah ketulusan cintanya untuk Hayati diuji.

Kelebihan dan Kekurangan

Film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck memiliki alur cerita yang mudah dipahami. Masing-masing pemeran dalam film ini berhasil memainkan karakternya dengan baik sehingga mampu membuat siapapun yang menonton film ini turut merasakan apa yang dialami tokoh. Selain itu, film ini juga memberikan wawasan lebih tentang kuatnya adat istiadat di Sumatera pada tahun 1930an. Film ini juga memiliki sinematografi cantik yang menampilkan keindahan alam pada lokasi syuting di Batipuh, Padang Panjang. Banyak pesan moral yang dapat diambil dari konflik-konflik yang dialami para tokoh di Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.

Dari kelebihan-kelebihan tersebut, film ini memiliki kekurangan berupa alur yang lambat di awal cerita. Sehingga memungkinkan kita untuk sedikit bosan. Selebihnya, film ini sangat cocok ditonton untuk mengisi waktu luang.


Penulis: Aisyah Restu

Editor : Intan Handita K


Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !