Fenomena Sewa Pacar: Bisnis Viral yang Menuai Pro dan Kontra

0

 

(Sumber gambar: Dribbble.com/Mako Tsereteli)

Seiring majunya era digital, mulai bermunculan banyak kegiatan dan bisnis yang dapat dilakukan oleh masyarakat, tak terkecuali para remaja. Namun, bagaimana jika bisnis yang dilakukan oleh para remaja adalah bisnis jasa sewa pacar? Apakah hal ini masih termasuk bisnis yang positif dan wajar?

Fenomena sewa pacar atau pacar rental akhir-akhir ini banyak dijumpai di kalangan remaja. Nahasnya, bisnis ini juga dikelola oleh para mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan cukup baik. Mereka melakukan bisnis ini secara online, yakni dengan menemani client mereka melalui pesan atau chat. Tetapi, bisnis ini juga bisa dilakukan secara offline atau bertemu secara tatap muka. 

Fenomena ini merupakan salah satu dampak dari pandemi, di mana mereka diharuskan untuk selalu berada di rumah dan tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Faktor dari individu yang merasa kesepian dan kurangnya interaksi secara langsung menjadi faktor terbesar munculnya jasa sewa pacar ini. 

Mereka yang menggunakan jasa ini biasanya mencari suasana baru setelah mengalami putus cinta. Beberapa dari mereka juga membutuhkan support atau terkadang hanya sekadar membutuhkan teman ngobrol

Namun di sisi lain, banyak juga yang menyalahgunakan jasa sewa pacar ini hanya untuk melampiaskan nafsu sesaat mereka. Dampak penyalahgunaan jasa ini sangatlah fatal apalagi jika penggunanya masih di bawah umur dan tidak mengetahui batasan.

Di samping itu, ada juga bisnis sewa pacar yang sangat menghindari hal-hal ‘kotor’. Mereka memberikan aturan-aturan untuk para pelakunya. Jadi, agensi mereka hanya menawarkan jasa seperti menjadi teman ngobrol atau teman untuk sekadar diajak hangout. 

Menanggapi peristiwa ini, penulis memberikan kesempatan kepada beberapa mahasiswa FAHUM, UIN Sunan Ampel Surabaya untuk menyampaikan pendapat mereka terkait bisnis ini. Dari pernyataan yang disampaikan, mereka cenderung tidak setuju dengan bisnis ini. 

“Kesepian ngga bisa dijadikan alasan untuk melakukan hal seperti itu, kalau kesepian kita bisa mencari kegiatan lain, seperti bekerja atau melakukan kegiatan yang lainnya,” ujar Nur Zamzamil Zakkiyah, salah satu mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra Arab.

“Aku kontra banget sama hal yang kayak gini. Jadi, ngga ada yang baik dari itu semua kalau menurutku,” ujar Cindika, mahasiswa prodi Sejarah Peradaban Islam.

Sementara itu Devita Ainur, salah satu mahasiswa prodi Sastra Inggris dan Zonni Bahauddin Hilmi, mahasiswa prodi Sejarah Peradaban Islam menganggap bahwa terdapat faktor-faktor lainnya yang menjadi sebab banyaknya para remaja yang mencoba bisnis sewa pacar, baik sebagai pelaku atau penyewa jasanya.

“Menurutku itu salah satu penyalahgunaan teknologi. Mungkin mereka yang kesepian bisa lebih membuka diri pada keluarga dan teman-temannya. Di sini peran orang tua juga sangat dibutuhkan.” Tegas Devita Ainur

“Faktor paling utama adalah tidak bisa jaga diri. Di sisi lain faktor lingkungan yang memaksa, seperti lingkungannya yang hedonis sehingga membutuhkan uang untuk bergaya dalam hidup,” ujar Zonni Bahauddin Hilmi.

Impact dari bisnis sewa pacar ini adalah kembali lagi pada mindset para pelakunya. Jika bisa membatasi diri, maka bisnis ini bisa menjadi ladang relasi yang bermanfaat. Tetapi jika malah menyalahgunakan bisnis ini sebagai ajang pelampiasan nafsu, maka bisnis ini bisa dikatakan sebagai bentuk kejahatan. Namun, jika berpegang teguh pada iman, bijaknya tentu tahu mana batasan yang dilarang atau diperbolehkan oleh agama.


Penulis: Dita Rahma, Aisyah Restu

Editor: Nuzurul Rochmah

 


Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !