 |
| (Sumber gambar: Instagram.com/Uinsa.official) |
Saat ini, mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya telah memasuki liburan semester. Umumnya ketika liburan, para mahasiswa akan disibukkan dengan kegiatan masing-masing, entah itu healing, magang, ataupun sibuk berorganisasi di luar kampus. Namun berbeda dengan liburan kali ini, mahasiswa UINSA dibuat geram dengan munculnya pemberitahuan terkait pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang terkesan terburu-buru.
Informasi terkait pembayaran UKT tersebut dibagikan melalui akun Instagram resmi milik UINSA pada hari Rabu, 12 Juli 2023. Dalam pemberitahuan tersebut, pembayaran UKT dimulai pada tanggal 25 Juli hingga 5 Agustus 2023. Ketika pemberitahuan pembayaran UKT tersebut diumumkan, banyak mahasiswa UINSA yang sontak menentang hal tersebut karena tenggat waktu pembayaran yang sangat singkat. Selain itu, Kartu Hasil Studi (KHS) pada perkuliahan semester genap pun belum muncul, bahkan beberapa mahasiswa belum mendapatkan nilai akhir. Tetapi pembayaran UKT sudah dibagikan, bahkan liburan semester baru menginjak di minggu kedua. Sebagai respon terhadap kebijakan tersebut, banyak dari kalangan mahasiswa yang menyampaikan suara dan pendapatnya pada kolom komentar akun Instagram UINSA, seperti halnya berikut: “Sebenarnya yang dikejar apa sih UIN ini? Selama kuliah, bayar itu biasanya tiga minggu sebelum masuk, cmiiw. Ini baru libur udah bayar? What’s wrong.” Ujar salah satu pengguna akun. “Di kalender mulai libur tanggal 14 juli, baru libur aja udah disuruh bayar UKT dengan jangka waktu sedikit, dengan nominal 5jt++. Sakno bapakku, min lek golek utangan.” Ucap pengguna lain. Dua komentar tersebut berasal dari para mahasiswa UINSA. Jangka waktu yang ditentukan memanglah sangat pendek, dan wajar jika banyak mahasiswa yang berkeluh kesah tentang kebijakan tersebut. Tidak hanya mahasiswa semester awal saja, mahasiswa akhir pun ikut berkeluh kesah atas kebijakan pembayaran UKT yang telah dikeluarkan. Berkaitan dengan akun Instagram UINSA, terdapat berapa pendapat lainnya yang berasal dari mahasiswa semester akhir terkait kebijakan tersebut. Di mana diantaranya merupakan mahasiswa semester 6 yang hendak menjalankan program KKN. “KKN gorong budal wes ruwet bayar UKT, duit e teko endi ngene iki?” “Cuti bareng-bareng aja ini semester 6. Mumet bayar KKN, lha kok kate bayar UKT!” “Minimal toleransi buat yang KKN, lah.” Wajar jika banyak mahasiswa semester akhir mengeluh tentang kebijakan pembayaran UKT. Karena nominal UKT setiap mahasiswa berbeda-beda, bahkan rata-rata mahasiswa UINSA mendapatkan UKT dengan golongan tinggi, sekitar 3 hingga 4 juta. Nominal UKT yang sangat tinggi memang sangat memberatkan mahasiswa, pasalnya beasiswa yang diadakan UINSA hanya didapatkan oleh beberapa pihak saja. Belum lagi kondisi ekonomi mahasiswa yang pas-pasan. Terlebih pula bagi para mahasiswa semester 6 yang berbarengan dengan biaya dan kebutuhan selama KKN berlangsung. Biaya untuk KKN tidaklah sedikit karena termasuk dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Tidak terelakkan, KKN sangat membutuhkan banyak materil karena harus menginap di desa orang lain selama satu bulan. Belum lagi biaya program kerja yang mereka susun, tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa. Dari kebijakan tersebut, selayaknya pihak UINSA dapat mempertimbangkan lagi terkait kebijakan pembayaran UKT yang sudah dikeluarkan. Ada baiknya apabila afirmasi mahasiswa yang disuarakan melalui komentar-komentar di kolom media sosial UIN Sunan Ampel Surabaya dapat ditinjau kembali agar tidak memberatkan para mahasiswanya. Para dosen wali pun, ada baiknya membantu menyampaikan afirmasi para mahasiswanya kepada pihak tertinggi dalam jajaran UIN Sunan Ampel Surabaya atau kepada pihak terkait. Penulis: Firda Fajarina Editor: Nuzurul Rochmah |
