Bagi mahasiswa pasti sudah tidak asing
dengan kata “kura-kura” dan “kupu-kupu” di lingkup kampus. Kura-kura singkatan dari kata “kuliah
rapat-kuliah rapat” merupakan sebutan bagi mahasiswa yang aktif di organisasi,
dimana seusai jam mata kuliah selesai mereka langsung rapat organisasi.
Sedangkan kupu-kupu singkatan dari kata “kuliah-pulang-kuliah-pulang” adalah
sebutan bagi mahasiswa yang tidak mengikuti apapun dikampus, kebalikan dari
mahasiswa kura-kura, mereka justru langsung pulang.
Sehingga memunculkan pertanyaan
“Sebagai mahasiswa, antara kupu-kupu dan kura-kura lebih prefer yang
mana?”
Jika dilihat dari kacamata mahasiswa
kupu-kupu, sebagian diantara mereka memilih menjadi mahasiswa kupu-kupu.
Alasannya, karena memang mereka ingin fokus pada akademik yang diberikan kampus
agar mendapat nilai atau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi. Mereka
berfikir akan lelah jika mengikuti kegiatan dari organisasi kampus. Ada juga
yang mengatakan,
“Tugas
kuliah sudah banyak, nanti kalau ikut organisasi takut tugasnya keteteran dan
gak keurus. Sebab, memang banyak contoh yang bisa diambil jika melihat anak
organisasi tugasnya keteteran”
Selain argumen tersebut, kemungkinan
memang ada alasan lain hingga memutuskan menjadi mahasiswa kupu-kupu saja.
Misalnya, sebagian diantara mereka juga ada yang kerja part time untuk
membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan jika ditambah mengikuti organisasi maka
akan kebingungan membagi waktu, tenaga, dan uang tentunya. Memang tidak ada
salahnya berspektif seperti itu jika dilihat dari kacamata mahasiswa kupu-kupu.
Jadi, sebagai generasi muda yang berpendidikan tidak elok jika menjudge bahwa
mahasiswa kupu-kupu itu egois dan kurang berpengalaman.
Kemudian, jika dilihat dari kacamata
mahasiswa kura-kura. Sebagian mereka dan umumnya alasan awal memilih mengikuti
organisasi adalah untuk mencari pengalaman yang mungkin belum mereka dapat
selama masa sekolah maupun di dalam kelas perkuliahan. Mereka juga ingin
mengasah wawasan mereka dengan mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang
terdapat di kampus. Sebagian besar diantaranya, juga mengatakan dengan
mengikuti organisasi bisa menambah teman, skill, public speaking
dan sebagainya. Alasannya memang benar, bahwa dalam berorganisasi secara tidak
langsung akan mengasah skill kita baik itu hard skill maupun soft
skill, melatih public speaking, menambah kepercayaan diri, serta
bisa menambah value diri. Ada juga alasan umum yang mendukung yaitu mereka
bisa mendapat sertifikat panitia yang sangat beragam tanpa harus mencari
sertifikat. Karena mengingat terdapat syarat mempunyai sertifikat untuk
melanjutkan sidang skripsi nanti.
Namun, dalam lapangan mengikuti
organisasi juga harus merelakan waktu, tenaga, dan fikiran. Waktu dalam artian
disini adalah waktu yang digunakan untuk beberapa rapat dan kegiatan-kegiatan
organisasi. Tenaga yang dimaksud disini adalah bagaimana usaha mereka dalam
berkontribusi memberikan tenaga serta tanggung jawabnya untuk organisasi ini.
Serta fikiran yang dimaksud adalah bagaimana mereka memberikan solusi atau ide
yang baru untuk organisasi yang mereka ikuti supaya berkembang dan mengalami
pembaharuan yang lebih baik dari periode sebelumnya.
Lalu bagaimana dengan tugas yang
diberikan? Mengingat mereka secara tidak langsung memiliki tugas dobel, yaitu
tugas kuliah dan tugas dalam organisasi?
Oleh karena itu, time management juga
penting, mereka pasti mendapatkan meskipun berawal dari kondisi yang mendesak.
Semua mahasiswa kura-kura yang berhasil menerapkannya pasti berhasil dalam
mengatasinya. Berhasil membagi waktu antara kuliah dan organisasi. Bahkan
sebagian diantara mereka juga berhasil mendapat nilai IPK tinggi meskipun
mereka aktif berorganisasi. Sehingga jika ada anggapan bahwa berorganisasi
menghambat perkuliahan, justru itu salah besar.
Melihat dari masing-masing sudut
pandang yang berbeda, tidak ada yang salah karena masing-masing dari mereka
memiliki pandangan yang kuat terhadap kampus. Juga bisa disimpulkan bagaimana plus
minus-nya menjadi mahasiswa kupu-kupu dan kura-kura. Sehingga bisa
diputuskan sendiri ingin menjadi seperti apa kelak jika sudah menjadi
mahasiswa.
Oleh karena itu, memilih keputusan
apapun tetaplah berstatus mahasiswa. Menjadi mahasiswa ada perlunya memiliki
kepekaan dengan keadaan sekitar khususnya keadaan kampus. Sehingga, perspektif
“biar diurus anak organisasi aja” bisa diminimalisir. Sebab organisasi
sebagai wadah penyalur aspirasi mahasiswa. Perlunya seluruh mahasiswa
menyampaikan kepekaannya dan aspirasinya terhadap kampus, baik terhadap masalah
akademik, fasilitas, bahkan berbagai isu yang masih gosipan semata (belum
sesuai fakta). Seperti isu perpolitikan kampus yang cepat beredar. Keluh kesah
mahasiswa seperti inilah yang bisa disampaikan pada organisasi atau LPM yang
menampung.
Selain itu juga, disisi lain sangat
perlunya menjaga nilai dan prestasi di bidang akademik untuk menjaga ekosistem
dan menaikkan grade akreditasi kampus. Serta memberi kesan yang sangat
baik pada mahasiswa yang dapat menjaga nilai akademiknya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa, antara mahasiswa kupu-kupu dan kura-kura perlunya saling
bekerjasama demi keseimbangan menjaga nama baik dan akreditasi kampus guna
terwujudnya kampus yang lebih unggul.
Penulis: Wanda Khumayroh
Editor: Lusy Silviana P.