Menimbang Waktu dan Prioritas: Mahasiswa Kupu-kupu vs Mahasiswa Kura-kura

0

 

Bagi mahasiswa pasti sudah tidak asing dengan kata “kura-kura” dan “kupu-kupu” di lingkup kampus.  Kura-kura singkatan dari kata “kuliah rapat-kuliah rapat” merupakan sebutan bagi mahasiswa yang aktif di organisasi, dimana seusai jam mata kuliah selesai mereka langsung rapat organisasi. Sedangkan kupu-kupu singkatan dari kata “kuliah-pulang-kuliah-pulang” adalah sebutan bagi mahasiswa yang tidak mengikuti apapun dikampus, kebalikan dari mahasiswa kura-kura, mereka justru langsung pulang.

Sehingga memunculkan pertanyaan “Sebagai mahasiswa, antara kupu-kupu dan kura-kura lebih prefer yang mana?”

Jika dilihat dari kacamata mahasiswa kupu-kupu, sebagian diantara mereka memilih menjadi mahasiswa kupu-kupu. Alasannya, karena memang mereka ingin fokus pada akademik yang diberikan kampus agar mendapat nilai atau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi. Mereka berfikir akan lelah jika mengikuti kegiatan dari organisasi kampus. Ada juga yang mengatakan,

“Tugas kuliah sudah banyak, nanti kalau ikut organisasi takut tugasnya keteteran dan gak keurus. Sebab, memang banyak contoh yang bisa diambil jika melihat anak organisasi tugasnya keteteran”

Selain argumen tersebut, kemungkinan memang ada alasan lain hingga memutuskan menjadi mahasiswa kupu-kupu saja. Misalnya, sebagian diantara mereka juga ada yang kerja part time untuk membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan jika ditambah mengikuti organisasi maka akan kebingungan membagi waktu, tenaga, dan uang tentunya. Memang tidak ada salahnya berspektif seperti itu jika dilihat dari kacamata mahasiswa kupu-kupu. Jadi, sebagai generasi muda yang berpendidikan tidak elok jika menjudge bahwa mahasiswa kupu-kupu itu egois dan kurang berpengalaman.

Kemudian, jika dilihat dari kacamata mahasiswa kura-kura. Sebagian mereka dan umumnya alasan awal memilih mengikuti organisasi adalah untuk mencari pengalaman yang mungkin belum mereka dapat selama masa sekolah maupun di dalam kelas perkuliahan. Mereka juga ingin mengasah wawasan mereka dengan mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang terdapat di kampus. Sebagian besar diantaranya, juga mengatakan dengan mengikuti organisasi bisa menambah teman, skill, public speaking dan sebagainya. Alasannya memang benar, bahwa dalam berorganisasi secara tidak langsung akan mengasah skill kita baik itu hard skill maupun soft skill, melatih public speaking, menambah kepercayaan diri, serta bisa menambah value diri. Ada juga alasan umum yang mendukung yaitu mereka bisa mendapat sertifikat panitia yang sangat beragam tanpa harus mencari sertifikat. Karena mengingat terdapat syarat mempunyai sertifikat untuk melanjutkan sidang skripsi nanti.

Namun, dalam lapangan mengikuti organisasi juga harus merelakan waktu, tenaga, dan fikiran. Waktu dalam artian disini adalah waktu yang digunakan untuk beberapa rapat dan kegiatan-kegiatan organisasi. Tenaga yang dimaksud disini adalah bagaimana usaha mereka dalam berkontribusi memberikan tenaga serta tanggung jawabnya untuk organisasi ini. Serta fikiran yang dimaksud adalah bagaimana mereka memberikan solusi atau ide yang baru untuk organisasi yang mereka ikuti supaya berkembang dan mengalami pembaharuan yang lebih baik dari periode sebelumnya.

Lalu bagaimana dengan tugas yang diberikan? Mengingat mereka secara tidak langsung memiliki tugas dobel, yaitu tugas kuliah dan tugas dalam organisasi?

Oleh karena itu, time management juga penting, mereka pasti mendapatkan meskipun berawal dari kondisi yang mendesak. Semua mahasiswa kura-kura yang berhasil menerapkannya pasti berhasil dalam mengatasinya. Berhasil membagi waktu antara kuliah dan organisasi. Bahkan sebagian diantara mereka juga berhasil mendapat nilai IPK tinggi meskipun mereka aktif berorganisasi. Sehingga jika ada anggapan bahwa berorganisasi menghambat perkuliahan, justru itu salah besar.

Melihat dari masing-masing sudut pandang yang berbeda, tidak ada yang salah karena masing-masing dari mereka memiliki pandangan yang kuat terhadap kampus. Juga bisa disimpulkan bagaimana plus minus-nya menjadi mahasiswa kupu-kupu dan kura-kura. Sehingga bisa diputuskan sendiri ingin menjadi seperti apa kelak jika sudah menjadi mahasiswa.

Oleh karena itu, memilih keputusan apapun tetaplah berstatus mahasiswa. Menjadi mahasiswa ada perlunya memiliki kepekaan dengan keadaan sekitar khususnya keadaan kampus. Sehingga, perspektif “biar diurus anak organisasi aja” bisa diminimalisir. Sebab organisasi sebagai wadah penyalur aspirasi mahasiswa. Perlunya seluruh mahasiswa menyampaikan kepekaannya dan aspirasinya terhadap kampus, baik terhadap masalah akademik, fasilitas, bahkan berbagai isu yang masih gosipan semata (belum sesuai fakta). Seperti isu perpolitikan kampus yang cepat beredar. Keluh kesah mahasiswa seperti inilah yang bisa disampaikan pada organisasi atau LPM yang menampung.

Selain itu juga, disisi lain sangat perlunya menjaga nilai dan prestasi di bidang akademik untuk menjaga ekosistem dan menaikkan grade akreditasi kampus. Serta memberi kesan yang sangat baik pada mahasiswa yang dapat menjaga nilai akademiknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, antara mahasiswa kupu-kupu dan kura-kura perlunya saling bekerjasama demi keseimbangan menjaga nama baik dan akreditasi kampus guna terwujudnya kampus yang lebih unggul.

 

Penulis: Wanda Khumayroh

Editor: Lusy Silviana P.

Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !