Sumber gambar: id.pinterest.com |
Film kartun atau animasi adalah film
yang menggunakan gambar bergerak dengan model tiga dimensi yang dapat menjadi sarana edukasi, komersial
maupun hiburan. Tentunya, sejak kecil kita tidak
asing dengan berbagai film kartun dengan bermacam-macam
genre seperti
fantasi, aksi, petualangan, dan lain sebagainya. Sehingga, tanpa disadari
melihat film kartun atau animasi ini menimbulkan pola pikir dalam sebagian
besar anak-anak yang menontonnya.
Lantas, timbulnya pola pikir tersebut
tidaklah berlanjut secara statis, namun secara dinamis. Seperti berkembangnya pola
pikir manusia yang juga dipengaruhi oleh bertambahnya usia. Pada dewasa ini, kartun
tidak hanya menjadi konsumsi anak-anak. Melainkan, orang dewasa dan remaja pun,
tertarik untuk melihatnya. Namun, di sini yang mempunyai unsur pembeda, terletak
pada bagaimana anak-anak dan orang dewasa menangkap sebuah "meaning" atau sisi lain.
Seperti pada film kartun
Sofia The First yang dijadikan objek pembahasan yang cukup ramai disalah satu
media sosial. Cukup banyak cuitan opini yang berisi
kritikan bahkan hate speech terhadap karakter utama. Ada beberapa yang
berpendapat, tidak penting untuk melontarkan kritikan hingga tercipta komentar kebencian
yang berlebihan,
karena pada dasarnya hal tersebut hanyalah perkara beberapa karakter. Jika
melihat kebelakang saat usia kecil atau menunduk kebawah melihat anak yang
masih kecil, tentu mereka sangat menikmati alur film yang disuguhkan. Alhasil,
banyak yang berpendapat film kartun hanya cocok untuk di tonton pada usia
anak-anak bukan orang dewasa.
Dengan ini, maka timbul opini yang muncul dari beberapa orang.
“Menurut saya, tidak juga ya. Anak-anak maupun orang dewasa bisa melihat film
kartun. Dengan catatan anak-anak diawasi oleh orang tua. Karena, kartun
sendiri bukan hanya sebagai hiburan, namun pula sebagai edukasi yang sebagian
besar dapat diterapkan secara sehari-hari. Sedangkan untuk orang dewasa sendiri
dapat memanfaatkan kartun ini sebagai hiburan, tanpa melihat sisi rumit yang
penulis film berikan. Atau mungkin sebagai pengamat, bahwasannya di dalam film
animasi tersebut, sesuatu yang tampak sederhana, tidaklah sederhana yang
terlihat.” Ucap Bramuda Pramesti Kusumaningtyas prodi Sastra Indonesia. Dengan kesimpulan bahwa tidak setuju jika film
kartun hanya diperuntukkan untuk anak-anak saja.
Kemudian, berbicara mengenai kritikan
yang hampir berujung hate speech yang ditujukan
untuk karakter utama dalam film animasi Sofia The First, Bramuda Pranesti
Kusumaningtyas yang akrab dipanggil Tyas ini kembali melanjutkan,
“Setiap orang, ketika menyampaikan
segala sesuatu, tentu berbeda-beda. Ada yang mungkin mempunyai dasar penjelas
untuk menyampaikan kritikannya. Adapun, yang hanya bermodalkan tanggapan
langsung dan tak ada dasar serta penjelasan. Ya, kembali lagi dari pola pikir
seseorang dan bagaimana dia menangkap segala sesuatu yang ada,” jelasnya.
Sehingga dapat disimpulkan, film animasi atau
kartun dapat dinikmati oleh siapa saja tanpa ada batasan umur. Namun dengan
catatan seperti yang disampaikan oleh narasumber di atas. Bahwa, menontonnya
harus dalam pengawasan orang tua. Sehingga, anak-anak dapat menyerap pembelajaran
yang baik. Kemudian, untuk pernyataan kedua, kritik sangatlah perlu. Namun, alangkah baiknya menciptakan batasan antara hate speech dan juga kritikan.
Walaupun tentu tidak semua orang berpikir demikian, tetapi setidaknya dengan
berpikir berulang kali, kita dapat memberikan komentar yang sesuai dengan
etiket.
Penulis: Vous
Editor: Wanda Khumayroh