Gelar Seminar Nasional, LPM Qimah Ajak Pers Mahasiswa Peduli Isu Lokal lewat Jurnalisme Digital

0

 

(Dok. LPM Qimah)

Kamis (07/09), Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Qimah kembali menggelar seminar nasional. Bertempat di Aula FISIP Lt. 5 UIN Sunan Ampel Surabaya, kali ini LPM Qimah mengusung topik yang cukup krusial terkait pengolahan berita di era Jurnalisme Siber, yakni Transformasi Digital: Peran Pers Mahasiswa terhadap Isu-isu Lokal.

Andre Yuris, Sekretaris Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Surabaya digaet menjadi narasumber pada seminar tahun ini. Didampingi Moh. Atikurrahman, Dosen Sastra Indonesia UINSA yang bertindak sebagai moderator.

Pada sesi penyampaian materi, peran persma menjadi topik awal yang diperbincangkan. Andre, yang juga seorang jurnalis Tempo.co menuturkan bahwa Pers Mahasiswa dapat disebut Pers ketika mampu menjalankan perannya sesuai dengan kaidah jurnalistik.

“Sering jadi perbincangan, jurnalis itu bukan juru tulis. Ada norma yang harus dipegang ketika jurnalis menjalankan tugasnya. Cermati lagi 10 Elemen Jurnalistik, Kode Etik Jurnalistik, dan UU 40/1999 tentang Pers,” paparnya.

Jurnalis pun dituntut untuk bekerja secara profesional, yakni dapat bersikap objektif dan tidak memihak. Verifikasi data juga menjadi kunci utama dalam jurnalisme. Jurnalis harus menyajikan kebenaran kepada masyarakat. Oleh karena itu, verifikasi penting dilakukan agar tidak terjadi misinformasi yang terlanjur disebarluaskan.

Berbicara isu politik dalam jurnalisme, Andre juga menyinggung soal pemilu serentak yang akan berlangsung tahun depan. Faktanya, sudut pandang masyarakat dapat dipengaruhi oleh hasil tulisan jurnalis terhadap tokoh publik. Yang mana, track record para paslon dapat diamati dari berita yang disajikan.

Selain mengurai peran dan dampak dari karya yang dihasilkan jurnalis bagi publik, Andre juga mengulik tantangan sekaligus solusi yang dihadapi oleh para jurnalis di era digital.

“Jurnalisme itu menyiapkan peta jalan bagi masyarakat. Namun transformasi digital membuat peran pers semakin tergeser. Pers bukan lagi satu-satunya corong informasi. Banyak media lain bermunculan. Itu tantangan bagi jurnalisme, termasuk pers mahasiswa.” Ungkapnya.

Menyikapi permasalahan tersebut, Andre menjelaskan bahwa integritas jurnalis di era digital dapat diperoleh dengan meningkatkan konten dan kualitas produk jurnalistik. Pers dapat mengesahkan fakta yang akurat dengan melibatkan publik dalam proses pemberitaan, alih-alih memuat urusan domestik pihak tertentu.

Andre pun menegaskan bahwa kebanyakan pers mahasiswa masih terjebak pada reportase seremonial. Menerapkan metode 5W+1H kini tak cukup, butuh konteks agar pembaca dapat menangkap dan memutuskan makna berita dari sudut pandangnya.

Acara berlangsung kondusif dengan antusias para peserta yang aktif berdiskusi dengan pemateri. Sebagai penutup, Andre menekankan kembali bahwa dari sekujur berita yang disuguhkan harus memiliki konteks. Hal tersebut dapat menjadi solusi pers untuk menandingi cuitan media sosial dan pesatnya era digital.

 

Penulis: Nuzurul R., Inastiara S.

Editor: Nuzurul R.

Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !