Membedah Akar Konflik Israel-Palestina yang Tak Kunjung Berakhir

1

Sumber gambar: BBC.com

Miris melihat konflik Israel-Palestina yang tak berkesudahan. Ribuan orang dibantai dan bangunan-bangunan dihancurkan. Apa sebetulnya akar dari konflik tersebut? Bagaimana awal mula konflik tersebut bisa terjadi?

Menilik kembali abad ke-15 M. Kala itu, orang-orang Yahudi diusir dari semenanjung Iberia oleh Imperium Spanyol hingga mereka mengungsi ke wilayah Turki Utsmani. Kemudian, sekitar abad ke-20 M, di masa kepemimpinan Khalifah Abdul Hamid II terjadi Perang Balkan (1912-1913 M). Yunani, Bulgaria, Serbia, dan Montenegro berhasil melakukan invasi ke wilayah-wilayah Utsmani.

Disusul dengan Perang Dunia I tahun 1914-1918. Di tahun 1915, Pasukan Utsmaniyah berhasil memenangkan pertempuran di Gallipoli dan mampu mengalahkan pasukan gabungan Inggris, Prancis, dan Rusia. Namun, Inggris akhirnya melakukan serangan dari dalam dengan menyuap Syarif Husain untuk memberontak pada Khilafah Utsmaniyyah serta mengutus mata-mata bernama T.E.Lawrence yang menjadi dalang pemberontakan.

Perang Dunia I pun berakhir dengan keruntuhan Khilafah Utsmaniyyah dengan didudukinya Istanbul, Ibukota Khilafah Utsmani oleh sekutu.

Di sela-sela perang inilah, seorang wartawan Yahudi bernama Theodorl Herz sempat menggagas pendirian Negara Yahudi di Palestina dengan meminta pada Khalifah Abdul Hamid II. Khalifah Abdul Hamid II tegas menolak. Yahudi pun bekerjasama dengan sekutu untuk menghancurkan Khilafah Utsmaniyyah. Mereka mendirikan suatu organisasi yang dinamai Ittihat Ve Teraki Cemiyeti (Komite Persatuan dan Kemajuan). Komite ini menyeret Turki Utsmani ke Perang Dunia I yang menyebabkan keruntuhannya.

Inggris pun secara terstruktur membentuk Negara Yahudi di Palestina dengan dimulainya Deklarasi Balfour pada 1917. Penduduk Yahudi pun bermigrasi secara besar-besaran ke wilayah Palestina. Arab menolak penempatan ini sehingga mulai 1916-1939 terjadi revolusi besar-besaran. Saat itu hegemoni Inggris mulai melemah dan akhirnya Yahudi mencari dukungan pada Amerika.

Pada tahun 1947, Amerika dan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) justru membagi tiga Tanah Palestina. Pribumi Palestina diberi wilayah yang tandus, Yahudi diberikan wilayah yang subur, sementara Baitul Maqdis dan tempat-tempat suci dijadikan zona Internasional.

Di tahun berikutnya, pecah Perang Arab-Israel 1948 dipicu perilaku Kaum Yahudi yang meneror bangsa Arab (terutama Palestina) hingga mengakibatkan berkumpulnya negara-negara Arab, seperti Mesir, Suriah, Yordania, dan Irak untuk melawan Israel. Meski sempat unggul, Israel dengan dukungan Amerika berhasil memenangkan peperangan dan berhasil mendesak kubu Arab hingga merebut 70% wilayah Palestina.

Di tahun 1948 selama perang Arab-Israel tersebut peristiwa eksodus massal warga Palestina terjadi. Peristiwa itu dikenal dan diperingati hingga sekarang dengan sebutan Hari Nakba-malapetaka hilangnya tanah air Palestina. Israel secara paksa merebut pemukiman warga Palestina hingga banyak dari mereka yang harus mengungsi di luar negeri atau terpaksa hidup dalam tekanan dan bayang-bayang zionis Israel.

Tahun 1967 Israel kembali berulah bersama pasukan Inggris dan Perancis dengan menyerang Mesir, Suriah, dan Yordania sehingga Sinai dan Jalur Gaza mampu direbut. PBB mendesak Israel menarik mundur pasukannya. Akan tetapi, Israel tidak menggubris peringatan tersebut hingga penduduk Palestina mulai mengungsi ke Lebanon.

Pada 1986, dibentuklah gerakan perlawanan Palestina terhadap Israel yang disebut Hamas (Harakah Al-Muqawwamah Al-Islamiyyah: dalam bahasa Indonesia Pergerakan Perlawanan Islam)

Sebelum itu, terjadi beberapa perundingan antara Arab dan Israel, seperti halnya Konferensi Madrid dan Kesepakatan Gaza-Jerricho pada tahun 1973 yang isinya adalah berdirinya Pemerintahan Otonomi Palestina di dua kawasan itu dan dipulangkannya Tentara Israel yang berkeliaran di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Perdana Menteri Israel yang menyetujui kesepakatan ini adalah Yitzhak Rabin yang lalu dibunuh seorang Yahudi Militan yang menolak memberikan tanah pada Palestina.

Pada 28 September 2008, Perdana Menteri Israel yang dijabat oleh Benyamin Netanyahu akhirnya melanggar perdamaian dan memperbanyak pemukiman Yahudi, serta menolak penarikan mundur Tentara Israel. Benyamin Netanyahu yang kini kembali dilantik sebagai Perdana Menteri justru semakin masif melancarkan serangan di wilayah Gaza hingga masyarakat sipil dijadikan sasaran perang.

Tak hanya itu, ketika gerakan intifadah (perlawanan) mulai dilakukan oleh warga Palestina, Ariel Sharon, seorang zionis yang pada tahun 2000 menjabat sebagai Perdana Menteri Israel melakukan operasi pembunuhan terhadap tokoh-tokoh Palestina, seperti Syaikh. DR. Ahmad Yasin dan DR. Abdul Aziz Ar-Rantisi, Pemimpin HAMAS.


Penulis: Restu Dimas Prasetya

Editor: Nuzurul Rochmah

 

Referensi:

Taufik, M., dkk. 2019. Ensiklopedia sejarah Islam/Tim Riset dan Studi Islam Mesir. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Mehmet Maksudoglu. 2023. The Untold History of Ottoman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

 

 


Tags

Posting Komentar

1Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !