Audiensi yang dihadiri jajaran Ormawa, Dekanat, dan Kasubag TU pada 10 Oktober 2023 terkait transparansi Dana Pembinaan Pendidikan (DPP) Ormawa FAHUM periode 2023, masih belum menemukan titik terang hingga berita ini diterbitkan.
Dalam audiensi tersebut, Senat Mahasiswa (SEMA) meminta kepada jajaran Kasubag agar dapat memberikan laporan transparansi DPP. Dengan begitu semua dana yang keluar menjadi lebih jelas dan terkesan tidak ada yang ditutup-tutupi. Permintaan tersebut disetujui oleh jajaran Kasubag dengan membuat laporan 1x24 jam pada hari itu juga.
Kesit Barnabila, selaku Ketua SEMA menyampaikan pernyataannya terkait masalah transparansi tersebut. “Hingga tanggal 1 Desember, kami belum juga diberi data transparansi dana. Semua Ormawa mulai resah karena setiap kita mengadakan kegiatan, kami selalu mendapat penolakan dengan alasan uang DPP sudah habis.” Terangnya.
Jumat, 01 Desember 2023, SEMA akan mengadakan musyawarah terkait masalah transparansi DPP yang juga belum keluar. Forum tersebut juga akan dihadiri oleh ketua umum dari setiap Ormawa FAHUM serta pihak akademik yang berkaitan dengan masalah DPP Fakultas, khususnya Kasubag TU.
Dalam forum tersebut nantinya pihak SEMA akan mempersilahkan setiap Ormawa untuk membuka suara tentang ketidakjelasan keluar-masuknya DPP Fakultas. Hal tersebut berkaitan dengan forum audiensi pada 10 Oktober kemarin. Pihak Kasubag TU menjanjikan kepada mahasiswa untuk memberi informasi lebih lanjut terkait keluar-masuknya DPP Fakultas, yang mana penjumlahan mereka tidak sama dengan penjumlahan yang diberikan oleh Subag TU.
Namun, pada saat forum tersebut akan dilaksanakan, terdapat beberapa kendala yang tidak diinginkan mahasiswa, khususnya para Ormawa FAHUM. Dari pihak akademik sendiri, begitu juga dengan Kasubag TU tidak ada satupun yang hadir dalam forum. Khususnya Ibu Helma, sub bagian keuangan yang bertanggung jawab menjelaskan rincian dana kepada perwakilan ormawa yang hadir. Beliau justru tidak mau menemui dengan alasan, "Ini bukan tanggung jawab saya, silahkan panggil Pak Kasubag dulu."
Sekitar satu jam, jajaran Ormawa FAHUM menunggu dan menghormati Kasubag TU untuk menghadiri forum. Namun, jajaran Kasubag TU belum juga hadir. Dirasa menunggu terlalu lama di ruang laktasi, Ormawa FAHUM berinisiatif menghampiri ruang akademik secara langsung. Saat semua pihak Ormawa masuk, kejadian tidak terduga terjadi.
Pada saat bersamaan di ruang tersebut juga dihadiri WADEK III, Muhammad Khodafi. Ketika ketua SEMA menanyakan perihal penyerapan DPP Fakultas kepada Subag TU, jawaban mereka tetap sama seperti halnya setiap Ormawa datang melakukan revisi LPJ kegiatan mereka.
“Iya, perjalanan tiap item beberapa sudah habis, barang dan jasa juga tidak sama dengan keterangan di atas-bawahnya,” ujar Luluk Fathirotin selaku jajaran Subag TU.
WADEK III pun menjadi penengah antara pihak akademik dan mahasiswa. “Iya, saya tahu, tetapi sebenarnya kalian kalau ada apa-apa bisa ke saya, karena ini memang bukan jalur saya, ini sudah jalurnya WADEK II, kalau saya hanya mengawasi kegiatan mahasiswa,” ujarnya.
“Kita ini juga tahu, saya juga tahu, Adab ini terasa di anak tirikan”. Beliau pun mengatakan hal tersebut sebagai bentuk keprihatinan yang jelas bahwa mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora masih dipandang sebelah mata oleh pihak lain yang berdampak juga pada Dekanat dan seluruh jajarannya.
Apakah ketimpangan ini akan terus berlanjut ataukah nanti dari pihak akademik sendiri akan mengeluarkan hak-hak, posisi, dan wewenang mahasiswa kepada jajaran Rektorat? Semua kembali lagi kepada prioritas, dan pertanyaan tersebut akan terjawab jika Dekanat FAHUM mengadakan forum resmi-lagi-untuk menindaklanjuti proses penyerapan DPP Fakultas, serta posisi dan fungsi yang sebenarnya dari problem tersebut.
Penulis: Durrotul Inayah
Editor: Nuzurul Rochmah
