![]() |
Sumber gambar: LPM Qimah |
Fenomena FOMO di kalangan para demonstran ini menjadi cerminan perubahan
sosial di era digital, dimana keterlibatan seseorang dalam isu publik
seringkali dipengaruhi oleh tren dan popularitas di media sosial. Boy Candra,
seorang penulis Indonesia mengatakan bahwa “FOMO
pada isu politik itu FOMO yang baik.
Tak perlu malu untuk ikutan dan belajar.” Jika dicermati, FOMO bukanlah istilah yang patut digunakan dalam memaknai individu
atau kelompok yang ikut menyuarakan opini mereka pada situasi seperti aksi
massa ini. Justru karena mereka tidak tahu dan tidak mengerti, mereka akan
mencari tahu dan memahami, yang pada akhirnya akan ikut bersuara dan bertindak.
Bahkan Gen Z yang mengikuti aksi
massa kali ini bukanlah kali pertama baginya dan juga bukan hanya karena FOMO. Salah satu demonstran dari anggota
BEM Unair, Rayhan, menyampaikan alasannya untuk turun dalam aksi ini adalah karena kesadarannya sendiri dan
ingin menyampaikan pendapat dan suaranya untuk pemerintahan yang sedang kacau
saat ini.
“Presiden saat ini memanfaatkan
kekuasaannya untuk kebaikan keluarganya sendiri dan yang ditakutkan adalah
kekuasaan 98 akan terulang kembali di masa ini. Jadi, aksi protes kali ini,
semua pihak harus bersatu untuk menyuarakan pendapat dan tidak hanya individu
maupun satu organisasi saja. Namun, dari semua ornamen masyarakat agar dapat
mengubah dunia ini menjadi lebih baik lagi. Dalam aksi kali ini, demonstran
meminta agar pihak DPRD ataupun yang berwenang untuk mendengarkan aspirasi
masyarakat dan turun di hadapan massa,” ujar Rayhan.
Aksi kali ini juga cukup berwarna
karena terdapat komunitas yang anggotanya berasal dari kalangan yang sudah
cukup berumur. Tampak ibu-ibu yang semangat dan lantang bersuara dengan membawa
poster tuntutan. Ibu-ibu yang aktif dalam berbagai aksi unjuk rasa tersebut
merupakan anggota Persatuan Warga Rusun Nusantara. Ibu Sri Ambarwati, anggota
komunitas tersebut, mengatakan jika dirinya mengikuti demo dengan penuh
kesadaran dan sukarela, bahkan merasa lebih antusias dalam demo kali ini.
Selain mengawal putusan Mahkamah
Konstitusi (MK) terkait UU Pilkada, Ibu Sri juga ingin menyuarakan penderitaan
yang dirasakan rakyat kecil akibat kebijakan pemerintah saat ini. “Pemerintahan
saat ini terlalu otoriter dalam membuat keputusan dan tidak berpihak pada
rakyat kecil. Pesan saya untuk generasi muda jangan sampai mudah terlena dengan
hal-hal yang menggiurkan saat ini, namun berdampak luar biasa di masa depan,”
ujar Ibu Sri.
Aksi berlangsung cukup kondusif
hingga menjelang detik terakhir dan membuahkan hasil positif. Ketua DPRD Jawa
Timur pun bersedia keluar menemui massa dan menandatangani surat tuntutan yang
disaksikan oleh seluruh elemen sipil di lokasi demo. Hal ini menjadi bukti
bahwa fenomena FOMO tidak selalu
berujung negatif. Semakin banyak massa yang sadar dan belajar tentang isu dalam
negara, semakin luas pula peluang aspirasi rakyat akan terdengar.
Penulis: Martha Ulin Nuha dan Ghoutsi Islahiyah
Editor: Lenyyy