![]() |
Sumber gambar: Pinterest |
Fenomena
ini sangat mengkhawatirkan karena memiliki dampak jangka panjang terhadap
perkembangan mental, emosional, dan sosial peserta didik. Dari sudut pandang
psikologis dan pendidikan, maraknya bullying harus menuntut perhatian
lebih dari berbagai pihak, termasuk orang tua, guru, institusi pendidikan, maupun
masyarakat luas.
Pada tingkat
dasar, bullying sering kali terjadi dengan bentuk ejekan, pengucilan, bahkan
sampai terjadi kekerasan fisik antar siswa. Anak-anak pada usia ini masih dalam
tahap perkembangan sosial dan emosional, sehingga mereka rentan untuk menjadi
korban maupun pelaku bullying. Sedangkan, di tingkat menengah dan atas,
bentuk bullying bisa lebih kompleks, termasuk cyberbullying yang
memanfaatkan teknologi digital untuk melecehkan atau mengintimidasi teman
sebaya sebagai media untuk merendahkan korban. Serta pada jenjang pendidikan
tinggi, bullying dapat terjadi karena
melibatkan kekuasaan dan hierarki.
Secara psikologis, korban bullying kerap mengalami gangguan mental, seperti kecemasan, depresi, stress, rasa rendah diri, bahkan adanya keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Sedangkan bagi pelaku bullying beresiko dapat melakukan hal-hal kriminal yang lebih berbahaya di masa depan jika tidak dapat diatasi dengan edukasi yang benar. Oleh karena itu, penting adanya dorongan untuk menerapkan aturan dalam dunia pendidikan. Dengan adanya aturan yang jelas dan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat menciptakan suasana pendidikan yang kondusif dan mendukung perkembangan karakter positif pada generasi muda, sehingga tindakan bullying dapat dihindari di masa mendatang.
Penulis:
Qoni’Atul Awaliah
Editor: Lenyyy