Sumber Gambar: Dok. LPM Qimah |
Pembukaan fakultas baru yakni kedokteran di UINSA Gunung Anyar akan mulai menerima mahasiswa baru pada semester depan. Fakultas ini sudah direncanakan di tahun lalu dan menuai pro dan kontra mahasiswa. Ketimpangan yang terjadi terkait pembukaan fakultas kedokteran yang merugikan mahasiswa menjadi momok buruk.
Pro dan kontra kembali muncul saat ada pemberitahuan evaluasi lapangan yang mengalihkan pembelajaran secara daring. Tidak hanya Fahum, fakultas yang ada di kampus 2 Gunung Anyar juga dialihkan secara daring. Adapun mahasiswa yang mengeluh karena pembelajaran daring harusnya tetap melaksanakan dengan zoom atau google meet, namun ada yang hanya diberikan tugas saja.
Tidak ada masalah dengan pembangunan Fakultas Kedokteran (FK). Mahasiswa turut mendukung adanya pembangunan tersebut. Hanya saja mengapa di gedung Fahum dan Saintek? Mengapa tidak membangun gedung terlebih dahulu?
Ketua Sema mengatakan bahwa pembangunan FK terkesan tertutup. Nantinya lantai 5 yang biasanya digunakan oleh mahasiswa Fahum akan dipakai untuk mahasiswa baru FK. Ia juga mengatakan informasi dari wadek 3 terkait pembukaan FK di gedung Fahum karena persyaratan untuk FK harus memenuhi fasilitas yang memumpuni.
“Jadi untuk awal supaya nodin turun, rektor memakai gedung fahum dahulu sampai dinyatakan lulus akreditasi,” ujar Radit selaku Ketua Sema Fahum.
Dema Fahum juga turut berbicara bahwa ia mendukung adanya pembangunan FK, namun juga berdampak negatif terhadap fakultas lain.
“Menurut saya pribadi mungkin dengan adanya tambahan fakultas di kampus UINSA menjadikan kampus kita sendiri akan semakin bagus. Akan tetapi, saya juga menyimpulkan bahwa berdampak negatif bagi fakultas lain, seperti fakultas kita sendiri yang akan mengalami pengurangan kelas,” kata Ainul Risky selaku Ketua Dema Fahum.
Mahasiswa menyoroti dan menganggap kebijakan ini mencerminkan ketimpangan antara hak yang seharusnya didapatkan mahasiswa dengan fakta sosial di lapangan. Menurutnya, bukan mahasiswa yang perlu dipindahkan, melainkan kesiapan pendirian FK yang perlu menjadi perhatian utama. Hingga saat ini, FK belum mempunyai gedung sendiri dan menggunakan beberapa lantai di Gedung Fahum dan Saintek (lantai 5 dan 9). Selain itu, mahasiswa merasa tidak ada transparasi mengenai bagaimana proses FK ini berjalan.
Para mahasiswa lainya juga berpendapat bahwa mendirikan fakultas baru pada dasarnya diperbolehkan, namun ada beberapa hal yang seharusnya dipertimbangkan terlebih dahulu. Berharap kebijakan yang ada di kampus dapat dibenahi dan prioritas utama diberikan pada hal-hal yang lebih mendesak.
“Menurut saya membuat fakultas baru boleh, namun harus memikirkan beberapa hal seperti gedung dan fasilitas yang memadai karena ketika hal itu tidak dimiliki terjadilah penggusuran kelas. Banyaknya kebijakan yang dibuat, membuat Fahum terlihat seperti fakultas yang tidak memiliki gedung,” ungkap Ketua Edsa, Rajinder Gandhi.
“Kalau dari sisi saya sebagai mahasiswa tentu merasa sedikit keberatan. Tapi menimbang perlunya pengondisian agar evaluasi lancar saya oke saja. Hal ini bertujuan untuk memperoleh kesempatan agar kampus bisa berkembang. Tetapi, yang harus diperhatikan saat mengadakan acara harus ditimbang dulu,” ungkap mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab.
“Kalau memang adanya FK untuk kepentingan umat ya tidak apa-apa asal tidak merugikan mahasiswa. Saya mendukung adanya kedokteran menjadi sebuah pencapaian untuk kampus kita tetapi saya tekankan lagi semoga untuk implementasi ke depan tidak menganggu proses perkuliahan, kegiatan akademik khususnya mahasiswa agar tidak terjadi ketimpangan-ketimpangan lagi ke depannya,” ucap Fatih, mahasiswa Sastra Indonesia.
Harapan-harapan mereka kepada kampus agar dibenahi lagi tentang kebijakan di kampus dan selalu menjunjung tinggi prioritas mahasiswa.