Sumber Gambar: megapolitan |
Belakangan ini, transportasi ojek online sangat marak penggunaannya di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena mudahnya akses yang diperlukan. Cukup melalui aplikasi pada gawai, kita bisa mendapatkan transportasi umum. Namun, siapa sangka dibalik maraknya ojek online, terdapat pula pejuang nafkah yang tersingkirkan keberadaannya, yakni tukang becak. Penyedia jasa transportasi tradisional satu ini terlihat kesusahan menyusun strategi untuk tetap mendapatkan penumpang dan tidak kehilangan mata pencahariannya.
Hadirnya ojek online lambat laun memicu timbulnya persaingan bahkan konflik antar penyedia jasa transportasi. Para tukang becak merasa pekerjaannya tersaingi karena adanya sistem pemesanan transportasi online yang berimbas terhadap penurunan pendapatan yang sangat drastis. Hal ini dikarenakan ojek online adalah jasa transportasi berbayar yang dinaungi oleh sebuah perusahaan, sedangkan becak merupakan kepemilikan pribadi seseorang.
Selain itu, terdapat beberapa aspek yang mengakibatkan berkurangnya pengguna becak. Di sisi teknologi, para tukang becak yang mayoritas berasal dari kelas bawah tidak mudah untuk mempelajari perkembangan teknologi yang pesat. Di sisi pemasaran, setiap tukang becak harus mandiri dalam mencari pelanggan. Mulai dari mengitari wilayah tertentu atau menunggu di tempat yang ramai, seperti pasar atau sekolah. Sedangkan, ojek online memiliki sistem pemasaran yang terstruktur dan terintegrasi teknologi yang tidak membuat para pengemudi kebingungan mencari pelanggan.
Adanya ketimpangan ini, seharusnya mendapat perhatian tersendiri bagi instansi pemerintah agar dapat memberikan solusi bagi kedua moda transportasi tersebut. Diantaranya, melibatkan keduanya dalam event-event yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan edukasi masyarakat agar menggunakan jasa tukang becak demi mendukung eksistensinya dalam bekerja yang dapat berdampak pada peningkatan perekonomiannya.
Penulis: Usi Al-Falach Rahmawati